“Perkenalan saya dengan Pater Yan pada tahun 1983. Waktu itu Pater Yan adalah sekretaris SEMA STTK yang sekarang STFT Fajar Timur. Sejak saat itu saya terkesan dengan kepribadian Pater Yan. Dia orang yang rajin, serius dan tekun”
Ungkapan ini merupakan kesan kepribadian Pater Yanuarius Theofilus Matopai You, Pr oleh Profesor Doktor Nico Syukur Dister, OFM, Selasa, 17 Mei 2016 di Biara St. Antonius Padua Sentani ketika komunitas Film Dokumenter “Zapantau” mewawancari Pater Nico. Pater Yan You, Pr begitulah sapaan akrabnnya, merupakan salah satu mahasiswa dari Profesor Nico Dister, OFM ketika mengikuti pendidikan di STTK atau yang sekarang dikenal dengan Kampus Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Fajar Timur Abepura Jayapura. Selanjutnya dituturkan oleh Profesor Nico, Pater Yan merupakan seseorang pribadi yang tangguh dan komitmen untuk melaksanakan segala yang dia rencanakan dan mimpikan. Komitmennya terhadap dunia pendidikan di Papua sepertinya menghembuskan angin segar bagi anak-anak Papua, khususnya di tempat karya pelayanannya.
“Waktu saya bertugas di Paroki Jiwika, Dekenat Jayawijaya, Wamena, saya pernah bertengkar dengan kepala suku di sana. Waktu kebanyakan anak perempuan dilarang untuk mengikuti pendidikan karena disiapkan untuk kawin, berkeluarga. Padahal anak-anaknya mampu dan pintar. Saya tetap melawan sehingga ada beberapa anak perempuan yang saya selamatkan dari kawin muda. Mereka saya kirim untuk mengikuti pendidikan. Apa hasilnya? Sekarang mereka sudah menjadi orang-orang hebat di Wamena,” cerita Pater Yan ketika mengingatkan perjuangannya dulu.
Bagi ‘Si Matopai” You, kebenaran merupakan prinsip yang dia pegang dalam kehidupannya. Dia tidak berkompromi banyak kalau apa yang dilihat dan dikatakan itu benar. Dengan komitmen kuat, Si Matopai tetap mempertahankannya demi kebaikan bersama dan orang yang diselamatkan.
”Apa yang dipikirkan dan rasakan itu baik untuk kebersamaan dan orang lain, ia punya komitmen yang kuat untuk memperjuangkannya. Sesuai dengan namanya Matopai, orang yang setia pada dan memperjuangkan kebenaran, ia tetap berjuang kebenaran itu dihayati,” jelas Pater Yulianus Mote, Pr yang juga merupakan salah satu murid Pater Yan You, Pr ketika di SMA dulu.
Pergumulan dan perjuangan Si Matopai ini telah dikisahkan dalam buku “Melodi Prahara, Antara Imamat dan Keluarga” yang dituliskan oleh Saudara Demitrius Namsa. Buku yang berjumlah 400-an halaman ini mengkisahkan cukup rinci kehidupan, pergumulan dan pengalaman suka duka Pater Matopai, Pr untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang pastor, menjadi seorang imam di Keuskupan Jayapura. Buku yang dituliskan dengan bahasa yang sangat mudah dikonsumsi oleh pelbagai lapisan masyarakat ini mengangkat perlawanan antara tradisi dengan kehendak Si Matopai sendiri. Selain itu Si Matopai juga harus berdebat dengan Uskup Jayapura pada saat itu Mgr. Herman Ferdinandus Maria Mȕnninghoff, OFM untuk mewujudkan mimpinya itu.
“Tidak gampang memperjuangkan keinginan dan cita-cita. Saya harus berhadapan dengan keluarga dan tradisi yang mengikat saya sebagai anak sulung. Anak sulung yang harus menikah dan mewarisi ketururan, membantu kehidupan keluarga khususnya adik-adik saya yang masih bersekolah dan mewarisi hal yang lainnya,” kisah Pater Matopai lagi.
Pada Senin, 6 Juni 2016, di Aula Susteran DSY Maranatha Waena, Buku yang mengkisahkan Pater Matopai “Melodi Prahara Antara Keluarga dan Imamat” dilaunchingkan. Penulis buku ini, Sdr. Demitrius Namsa menuturkan ketertarikannya menulis sosok Matopai adalah mimpi sang mama, pergulatan antara tradisi, keinginan keluarga dengan kehendak dari Pater Matopai sendiri.
“Sebenarnya yang menarik saya untuk menulis buku ini adalah beberapa hal yakni mimpi dari sang mama sebelum berkeluarga, pergulatan antara pribadi Pater Yan dengan tradisi dan kehendak keluarganya,” kata Sdr. Demi Namsa ketika menjelaskan maksudnya menulis buku di Aula Susteran DSY Maranatha Waena, Senin (6/6).
Dalam pergumulannya itu, kehadiran dan kekuatan seorang mama sangat berarti dalam perwujudan mimpi dan cita-cita Pater Matopai You, Pr. Peranan seorang Rosa Tatogo (mama Pater Yan You, Pr) sangat berperan dalam keberhasilan dan kesuksesan anaknya. Dengan diam dan berusaha meyakinkan keluarganya tidaklah gampang bagi seorang mama, apalagi seorang perempuan. Tradisi masih kuat untuk itu, suara perempuan tidaklah cukup berarti dalam pengambilan sebuah keputusan ketika kaum pria atau seorang bapak memutuskan sesuatu untuk kehidupan anak-anaknya. Dengan keberaniannya, Mama Rosa berhasil ‘melawan’ tradisi dan keinginan kaum pria saat itu.
“Mama saya membantu saya. Mama sangat tahu pasti mama dimarahi oleh bapak dan om-om (paman) saya. Tetapi kuat dan dengan air mata ia meyakinkan keluarga saya. Namun sebenarnya kekuatan doa adalah terpenting dalam ‘perlawanan’ kami itu. Tuhan akhirnya memberikan jalan bagi keluarga dan saya sendiri. Tuhan telah memanggil dan menentukan saya untuk menjadi seorang imam waktu saya masih kecil. Kita harus yakin dengan panggilan kita. Jangan mundur kalau ada tantangan karena Tuhan tidak akan meninggalkan kita sendirian untuk berjuang,” tutur Pater Matopai.
Pada Minggu, 12 Juni 2016 di Gereja Katolik Katedral Jayapura umat katolik Papua, khususnya di Katedral Jayapura merayakan pesta perak 25 tahun imamat Pater Yanuarius Theofillus Matopai, Pr. Perayaan ini dipimpin oleh Uskup Keuskupan Jayapura Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM.
“Imam adalah harga mati bagi Pater Yan oleh karena bukan saja harga mati tetapi tetap dipertahan dan dijalankan sampai semati-matinya. Pastor Yan kiranya menjadi salah satu model atau contoh bagi kita semua dalam kehidupan ini, khususnya bagi para calon imam dan kita sudah dithabiskan menjadi imam”, ungkap Bapak Uskup Mgr. Leo dalam renungannya pada perayaan syukur tersebut.
Adapun harapan Pater Matopai pada pesta peraknya 25 tahun Imamat di tahun ini.
“Saya kadang melihat dan rasakan, para imam atau pastor saat ini melakukan sesuatu sesuai seleranya dan kehendaknya. Sebagai seorang imam bagaimana kita harus mewujudkan ketiga kaul yang kita ucapkan di depan uskup dan pimpinan ordo atau tarekat kita. Kehidupan seorang imam atau pastor atau pelayan umat di tengah situasi Papua saat ini menuntut kita sebagai seorang imam harus peka dan berbuat untuk menyelematkan mereka. mereka harus diselamatkan karena mereka juga adalah ciptaan Tuhan, mereka juga adalah anak-anak Tuhan sama seperti kita,” harap Pater Matopai menutupi wawancara kami di Tepi Danau Sentani, Kampung Yoka Jayapura.
Acara syukuran ini dilanjutkan dengan malam hiburan di Aula STFT Fajar Timur Abepura. Menurut Pater Matopai, memilih kampus STFT Fajar Timur untuk malam hiburan keluarga dan sahabat bertujuan mengingatkan kembali akan perjuangannya ketika menempuh pendidikan di STTK dan sekaligus mengajak para calon imam untuk terus berjuang dalam harapan dan cita-cita mereka. Acara hiburan malam ini diisi dengan kegiatan menonton bersama film “Matopai dari Danau Tage”, fragment tentang perjalanan Patert Matopai oleh keluarga, penyerahan kenangan untuk Pater Yan.
Selamat buat Pater, sehat, bahagia dan sukses selalu dalam karya pelayanan pater di tanah Papua tercinta ini.
Sekilas informasi tentang Pater Yanuarius Theofillus Matopai You, Pr.
Lahir di Uwebutu Paniai, 1 Januari 1969
Menempuh pendidikan formal
- SD YPPK St. Don Bosco Uwebutu
- SMP YPPK St. Fransiskus Assisi Epouto
- SPG Taruan Bakti Waena
- STTK/STFT Fajar Timur
- Program Magister Universitas Gaja Mada
- Program Doktoral Uncen
Pengalaman Karya
- Tahun 1983 berkarya di Paroki Sta. Maria Binta Laut Kokonau
- Tahun 1987-1988 berkarya di Paroki Kristus Sahabat Kita Nabire
- Tahun 1989 di Tahun Rohani Pondok Emaus Tateli Manado
- Tahun 1990-1991 menjalani masa diakonat di Paroki Kristus Sahabat Kita Nabire
Jabatan Pekerjaan
- Tahun 1991-1998 sebagai Pastor Paroki Kristus Terang Dunia Jiwika Wamena
- Tahun 1998-2003 sebagai dekan dan pastor Paroki St. Wilibrodus Arso Keerom
- Tahun 2003-2007 sebagai wakil uskup dan pastor Paroki Kristus Raja Katedral Jayapura
- Tahun 2010 – sekarang: Dosen STFT Fajar Timur dan STPK Yohanes Rasul Waena, Pembina para calon imam Keuskupan Jayapura Jayapura
- Tahun 2015 – sekarang sebagai Ketua Yayasan STTK Papua