“Modal itu bukan saja uang tetapi modal yang utama adalah persatuan atau solidaritas, saling percaya dan saling menghargai”
Begitulah ungkapan yang disampaikan oleh Dosen Universitas Cenderawasih Jayapura Dr. Avelinus Levaan, MS ketika menyampaikan materinya pada pelaksanaan Musyawarah Besar Solidaritas Mama-Mama Pedagang Asli Papua (SOLPAP), Rabu (3/5) di Pasar Sementara Mama-Mama Papua Kota Jayapura. Modal seperti solidaritas dan saling percaya sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi demi sebuah tujuan bersama yang baik. Lebih lanjut dikatakan oleh Avelinus, saling terbuka antara satu dengan yang lainnya berarti ada kepercayaan. Dengan demikian, SOLPAP dan Mama-Mama Papua bisa dapat membangun sebuah perekonomian yang baik ketika masuk ke Pasar Baru Mama-Mama Papua.
“Mama-mama Papua percaya kepada SOLPAP, begitupula sebaliknya SOLPAP percaya kepada mama-mama. Selama ini sudah bersama berarti sudah ada kepercayaan. Kiranya ini terus dibangun dan dipupuk,” kata Avelinus.
Ketua Panitia Mubes SOLPAP Frengki Warer mengatakan bahwa SOLPAP sudah bersama dengan mama-mama belasan tahun. Kepercayaan dan persatuan yang sudah dibangun belasan tahun itu kiranya tidak hilang dan pupus karena kehadiran pihak ketiga yang memecahbelahkan persatuan tersebut. Pihak ketiga ini hanya memanfaatkan mama-mama untuk kepentingannya. Mereka hanya datang sesaat dan setelah itu melepaskan mama-mama.
Hal ini dipertegas lagi oleh Mama Yohana Yumame.
“SOLPAP sudah bersama dengan kami mama-mama belasan tahun memperjuangkan pasar ini. Sekarang pasar sudah dibangun oleh Presiden Joko Widodo. Terima kasih buat Bapak Presiden. Selama ini kita minta ke pemerintah provinsi dan DPR tetapi tidak ada jawaban. SOLPAP adalah anak-anak kami. Bagi kita mama-mama, kita tidak usah lagi berkelahi dan bertengkar. Kita juga tidak usah ikut orang yang selama ini tidak bersama dengan kita. Tidak usah ikut orang yang memecahbelahkan persatuan kita mama-mama,” ungkap Mama Yohana.
Managemen pegelolaan pasar merupakan hal yang mendesak terkait pengelolaan pasar baru tersebut. Menurut Bpk.Ir. Yan Ukago, MT, ada beberapa hal untuk diperhatikan bagi Mama-Mama Pedagang Asli Papua dan SOLPAP yakni adanya waktu. Yang dimaksudkan adalah tidak semua waktu habis di pasar. Karena masih ada urusan keluarga, urus anak-anak dan lain sebagainya. Kita harus mendesign pengelolaan pasar menjawab hal itu. Hal lainnya adalah adanya kepastian. Kita harus memastikan bahwa apa yang dijual itu menghasilkan uang. Apa yang di bawa ke pasar itu sudah adanya pembelinya sehingga tidak banyak waktu terbuang di pasar. Selain itu perlunya ada peraturan. Peraturan yang mengatur managemen pasar tersebut. Dalam hal ini pihak Pemprov dan Pemkot Jayapura dapat membantu pengelolaan pasar tersebut.
Perlu adanya peraturan daerah untuk memproteksi Mama-Mama Pedagang Asli Papua. Sejauh ini belum adanya Perda dan Perdasus yang jelas untuk memproteksi para pedagang asli Papua, khususnya untuk Mama-Mama Papua. Menurut Bapak Avelinus, pemerintah tidak boleh menutup mata dengan perjuangan SOLPAP dan Mama-Mama di pasar. Pemerintah daerah harus berani membuat sebuah Perda yang memproteksi Mama-Mama Papua dan jualannya. Dengan demikian Pemda setempat berperan dalam menghidupkan perekonomian Mama-Mama Papua.
Perjuangan untuk mendapatkan pasar tersebut melewati waktu yang cukup panjang sekitar 16 tahun lamanya. Papua yang kaya akan dana Otsus yang bergulir sejak tahun 2001, pemerintah baru bisa membangun sebuah pasar untuk pedagang asli Papua. Walaupun demikian, keberadaan pasar tersebut menjadi lahan bisnis, mencari ketenaran nama, pecitraan nama baik dan lain sebagainya. Pihak SOLPAP yang sudah belasan tahun mendampingi dan bersama dengan Mama-Mama Papua selalu ‘ditiadakan’ ketika ada pihak yang berbicara tentang pasar Mama-Mama Papua. Bahkan ada pihak yang mulai memecahbelah persatuan dan solidaritas dari Mama-Mama Pedagang Asli Papua yang sudah tumbuh selama belasan tahun tersebut.
Musyawarah Besar SOLPAP ini dilaksanakan selama 4 hari (2-5 Mei) di Pasar Sementara Mama-Mama Papua di Kota Jayapura.