Kehidupan Ekonomi, Pendidikan dan Kesehatan di Kampung Kwarca, Distrik Yapsi, Kabupaten Jayapura tidak dapat berjalan karena tidak adanya akses jalan
“Di sini pendidikan tidak berjalan dengan baik. Salah satu hal yang menyebabkan adalah akses jalan yang belum ada. Walaupun demikian, ada usaha dari masyarakat untuk mendorong kelas jarak jauh di SP 5. Maksudnya anak-anak yang sekarang bersekolah mengikuti sekolah di SP 5. Selain itu, akan diusahakan untuk membangun asrama atau rumah penampungan bagi anak-anak yang akan mengikuti pendidikan di SP 5”
Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Musyawarah Kampung Bapak Emanuel Kause di Kampung Baru Kwarca, Distrik Yapsi, Kabupaten Jayapura, Selasa (28/7) pada kegiatan lokakarya komunitas basis. Persoalan pendidikan memang menjadi persoalan utama yang dialami dan dirasakan oleh masyarakat di Kampung Kwarca. Salah satu penyebab yang dialami oleh masyarakat adalah akses jalan. Akses jalan yang sudah bertahun-tahun diharapkan oleh masyarakat Kwarca hingga kini belum terealisasi dengan baik. Janji-janji dari para Caleg dan calon bupati dan wakil bupati masih terus menjadi mimpi manis masyarakat Kwarca. Walaupun demikian ada pengakuan masyarakat bahwa kebanyakan anak-anak usia sekolah dibiarkan untuk mengikuti orang tuanya ke lahan pertanian atau dusun. Hal ini dilakukan karena masih ada kecemasan kalau anak-anak dibiarkan sendiri untuk mengikuti pendidikan di SP 5 yang jaraknya jauh dan akses jalan tidak baik.
“Biasanya anak-anak yang sekolah di SP 5, orang tua mereka mengikutinya dan mengantarnya. Karena kebanyakn warga tinggal di Kampung Kwarca yang lama. Kampung ini baru dipindahkan pada tahun 2014. Semua penghasilan ada di kampung Kwarca yang lama dan itu jaraknya jauh sekitar 28 kilo dan akses jalan sampai sekarang tidak ada. Padahal kami masyarakat sudah bersedia menyerahkan tanah untuk membuka jalan tersebut. Material yang diperlukan seperti kayu untuk pembangunan jembantan kami juga relakan untuk ambil di hutan kami. Kami juga sangat menjaga keamanan di kampung kami”, kata Bapak Titus Kause, salah satu tetua di Kampung Kwarca.
Selain masalah pendidikan, persoalan kesehatan pun hampir sama. Berdasarkan pengakuan masyarakat, ada bangunan Pustu di Kampung Kwarca yang lama. Bangunan Pustu ini masih baik tetapi tidak ada petugas kesehatan yang ditempatkan di sana. Kalau di kampung yang baru, ada petugas kesehatan yang ditempatkan untuk Kampung Kwarca tetapi petugasnya menetap di SP 5. Pada tahun 2014, ada seorang bidan yang bersedia melayani masyarakat Kwarca walaupun ia menetap di SP 5.
“Dulu ada seorang bidan yang kami dengat dan tahu bahwa ia ditugaskan untuk kami di Kampung Kwarca. Kami biasa pergi jemput dia. Kadang juga kami bawa orang yang sakit ke dia di Puskesmas SP 5. Tetapi sekarang sudah tidak jelas lagi. Saya pernah bertanya kepada mereka di Puskesmas SP 5 apakah ada petugas medis untuk kami di Kampung Kwarca. Nanti kami akan cek lagi apakah benar petugas itu benar untuk kami atau untuk SP 5 saja,” tutur Sekretaris Kampung Kwarca Bapak Matius Glom.
Pada kesempatan ini, pihak Gereja Katolik dalam hal ini Pastor Paroki St. Klara Taja Lere Pater Hironimus Lebi, OFM mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengusahakan dan mendorong agar pelayanan pendidikan dan kesehatan berjalan dengan baik seperti di daerah lainnya di Papua.
“Pendidikan merupakan salah satu cara bagi kita untuk menghadapi perkembangan dunia pada saat sekarang ini. Anak-anak usia pendidikan sebaiknya didorong untuk mengikuti pendidikan bukan menyuruh mereka untuk mengikuti kita orang tua ke lahan atau dusun,” kata Pater Hiron Lebi, OFM.
Untuk menjawab persoalan-persoalan di atas, SKPKC FP membantu masyarakat Kwarca untuk membuat rencana aksi sesuai kemampuan. Ada beberapa rencana yang akan dibuat adalah, memperbaiki rumah yang selama ini digunakan anak-anak untuk mengikuti pendidikan dan pembangunan asrama atau penginapan baru di SP 5 bagi anak-anak yang akan bersekolah. Selain pembangunan fisik, masyarakat juga didorong untuk sadar akan pendidikan sehingga orang tua juga merelakan anak-anaknya untuk menempuh pendidikan dasar. Pendidikan informal seperti mengajarkan baca tulis bagi masyarakat lainnya juga sangat perlu dan penting. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat sedapat mungkin tahu dan bisa membaca dan menulis. Untuk kesehatan, masyarakat bersedia dan merelakan salah satu unit rumah sebagai Pustu sementara di kampung yang baru.
“Usaha untuk memberantas buta aksara secara informal juga penting kita lakukan. Hal ini dimaksudkan agar kita bisa membaca dan menulis sehingga kita juga tidak mudah ditipu dan dimanfaatkan oleh orang luar atau siapa saja yang hendak mengambil keuntungan dari kita. Selain itu, kita sebagai masyarakat, kita punya hak untuk menuntut pelayanan kesehatan yang layak,” jelas Direktur SKPKC FP Yuliana Langowuyo.
Kegiatan workshop ini dilakukan selama tiga hari, Selasa-Kamis (28-30 Juli 2015) di Para-para Adat Kwarca.