Bagi Kami Natal itu……

Bapamu yang di Sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang”

Perayaan Natal merupakan perayaan yang diimani oleh umat kristiani sebagai perayaan Kelahiran Sang Juru Selamat, Yesus Kristus. Allah yang begitu tinggi dan sulit ditembus oleh pikiran manusia hadir dan bersolider dengan umat-Nya melalu kelahiran dan kehadiran Yesus Kristus. Yesus yang disebut sebagai Imanuel: Allah beserta kita, menjadi bukti bahwa Allah meninggalkan kemegahan kerajaan-Nya untuk bergumul, bersatu dan merasakan segala peristiwa dan pergumulan umat-Nya.

Dalam  kisah “Perumpamaan tentang Domba yang Hilang” yang diangkat oleh Penginjil Matius dan Lukas kiranya menjadi tema permenungan dan refleksi yang coba diangkat dan direnungkan oleh SKPKC Fransiskan Papua dalam melihat dan menggumuli perjalanan di Papua selama kurang lebih 3 tahun terakhir ini. Pertanyaan penting di dalam tema ini adalah “Siapa domba yang hilang tersebut?” dalam konteks penegakan HAM di Papua Bagaimana cara mencari dan mengembalikan domba yang hilang? dan Siapa yang harus melakukannya?

  1. Domba yang hilang

Berdasarkan kisah itu, sang majikan harus meninggalkan 99 ekor domba dan pergi mencari seekor domba yang tersesat dan hilang. Jelas bagi kita bahwa ada penghargaan dan kasih yang sangat luar biasa dari sang majikan terhadap seekor domba yang tersesat dan hilang. Harga, nilai dan semua yang melekat di dalam diri seekor domba yang hilang, menurutnya, sama dengan 99 ekor domba yang lainnya. Yang hilang dan tersesat harus diselamatkan dan dikembalikan.

Kita bisa menafsirkan seekor domba yang hilang tersebut dengan perspektif kita masing-masing. Mungkin kita dapat menggantikan seekor domba dengan seorang manusia. Nilai, martabat, harkat dan semua yang melekat di dalam diri seorang manusia adalah sangat mulia seperti diri kita yang lainnya. Kita, sebaiknya menempatkan diri seperti sang majikan yang menghargai dan menilai bahwa semua domba adalah sama, sama-sama memiliki nilai dalam kehidupan dan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Mereka yang tersesat adalah mereka yang disingkirkan oleh pembangunan, mereka yang ditindas karena menuntut haknya, mereka yang dianiaya karena kepentingan, mereka yang kehilangan tanah ulayatnya karena ditipu, mereka yang ditangkap dan dibunuh karena mempertahankan kebenaran, mereka yang bodoh karena tidak jalannya pendidikan, mereka yang jarang dan bahkan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan dan lain sebagainya.

  1. Cara mencari dan mengembalikan domba yang hilang dan tersesat

Kita memiliki cara, strategi dan metode untuk menyelamatkan orang lain yang mengalami ketersesatan, disesatkan, kehilangan, dihilangkan. Strategi yang dibangun oleh sang majikan adalah secara lurus saja, meninggalkan ke-99 ekor domba yang aman, pergi mencari seekor yang tersesat. Pertanyaan lanjutan, apakah sang majikan juga memikirkan sesuatu untuk keselamatan bagi ke-99 ekor domba yang ia tinggalkan? Tidak secara jelas digambarkan apakah sang majikan menggunakan tenaga orang lain untuk mencari seekor domba yang teresat dan hilang tersebut. Walaupun demikian, sang majikan tetap memberikan kepedulian dan kasih yang penuh terhadap seekor domba yang hilang.

Mungkin kita memiliki cara/strategi masing-masing untuk memberikan rasa aman kepada orang lain, menyelamatkan orang lain, mengembalikan keadilan dan kebenaran bersama. Ada yang sanggup dengan kekuatannya tetapi ada yang harus mengandalkan dan berjalan bersama dengan orang lain dalam tugas dan tanggung jawab tersebut. Keadaan Papua yang penuh dengan konflik, kekerasan negara, perselisihan, kerusakan hutan, maraknya investasi yang merusak keutuhan ciptaan di Papua, banyaknya kasus kriminal dan lain sebagainya menuntut kita untuk lebih bersikap kritis dan menyusun sebuah model, cara atau strategi yang tepat untuk menjawab persoalan tersebut. Sebuah pendekatan atau strategi yang tidak merugikan sesama, yang tidak mengambil keuntungan dari penderitaan dan kelemahan orang lain, yang tidak mencari ketenaran nama, yang benar-benar berpihak dan menyelamatkan mereka yang tersesat dan hilang demi keadilan, kebenaran dan kedamaian bersama. Perjuangan tanpa kekerasan. Siapa yang harus melakukan tugas ini? Kita Semua!

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *