Ruang Demokrasi Semakin Tertekan

Pembatasan aksi damai di Kabupaten Intan Jaya oleh Pemerintah Kabupaten Intan Jaya, Papua

Para mahasiswa dan pelajar Kabupaten Intan Jaya yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa dan Pelajar Peduli Pembangunan Kabupaten Intan Jaya melakukan aksi damai di Lapangan Terbang Sogopaki, Sugapa, Intan Jaya dan Kompleks Perkantoran Pemkab Intan Jaya. Aksi damai ini ternyata mendapatkan perlawanan yang otoriter dari Pemerintahan Kabupaten Intan Jaya dan pihak keamanan yang bertugas di sana. Aksi damai ini bertujuan menyadarkan Pemkab Intan Jaya, dalam hal ini bupati dan jajaran SKPD Intan Jaya untuk benar-benar melaksanakan tanggung jawabnya membangun Intan Jaya. Aksi damai yang diadakan ini telah mendapat izin dari pihak Polres Intan Jaya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh Gerakan Mahasiswa dan Pelajar Intan Jaya bahwa kebanyakan bupati dan SKPD Intan Jaya tidak berada di tempat tugasnya atau mangkir dari tugas dan tanggung jawabnya.

“Kebanyakan mereka tinggal di kota, bupati juga banyak jalan apabila SKPD atau kepala-kepala dinas. Kepala dinas mereka tahu kalau bupati keluar atau pergi dari Intan Jaya mereka juga keluar. Kebanyakan mereka tinggal di Kota Nabire, Timika dan bahkan di Jayapura. Kepala dinas dari SKPD ini kalau mereka dengar bupati sudah dating, mereka akan cari atau carter pesawat dan rame-rame ke Intan Jaya setelah itu mereka kabur lagi dari Intan Jaya. Kita mau agar pembangunan dan pelayanan publik di Intan Jaya berjalan dengan baik,” jelas Melianus Duwitau salah satu mahasiswa yang melakukan aksi damai tersebut.

Berikut ini adalah kronologi pembukaman aksi demo damai

  • Rabu, 12 Agustus 2015. Melakukan sosialisasi terbuka tahap pertama tentang: ‘’Menolak Tambang Emas yang akan Eksploitasi di Kabupaten Intan Jaya’’. Pada tanggal yang sama, kelompok mahasiswa telah memasukan surat izin dan pemberitahuan kepada Polres Intan Jaya. Surat atau seruan aksi damai ini juga sudah dibagikan kepada lembaga masyarakat, birokrasi, sekolah-sekolah dan Gereja-Gereja yang ada di Intan Jaya.
  • Kamis, 13 Agustus 2015. Melakukan sosialisasi terbuka tahap kedua dengan tema yang sama. Pada tanggal yang sama, tepatnya Pukul 16.30 WIT, Polres Intan Jaya mengeluarkan surat izin dengan isi: “Pihak keamanan menyetujui aksi damai yang akan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 18 Agustus 2015 dan kepolisian siap untuk mengawasi keamanan hingga aksi damai berakhir’’
  • Jumat, 14 Agustus 2015.
    Melakukan sosialisasi tahap ketiga atau terakhir dengan tema yang sama.
  • Senin, 17 Agustus 2015.
    Pada pukul 06:00 WIT, berdasarkan surat izin, tim gerakan memalang Lapangan Terbang Sogopaki, Sugapa, Intan Jaya. Hal tersebut dilakukan agar rombongan bupati dan semua kepala birokrasi maupun PNS tidak boleh turun ke Nabire. Pada pukul 10:00 WIT, usai upacara pengibaran bendera merah-putih, bupati perintahkan satuan brimob untuk segera mengamankan tim gerakan yang sudah memalang di Lapangan Terbang Sonopakis. Pada pukul 11:30 WIT, enam (6) anggota Brimob dengan menggunakan kendaraan beroda empat (pick up) tiba di Lapangan Terbang Sogopaki. Tanpa menanyakan alasan, semua tim gerakan ditendang, dipukul dengan menggunakan balok, senjata. Selain itu diperintahkan untuk membuka baju hingga disiksa dengan kekerasan fisik yang tidak dapat dibayangkan. Sambil disiksa, tim gerakan diperintahkan untuk menuju kantor Polres Intan Jaya. Sampai di depan rumah Pastoran Bilogai (dalam keadaan disiksa, setelah menempuh jarak ± 2,2 km dari Lapangan Terbang Sonopakis) dihalang dan diberhentikan oleh Yohakim Mijijau (ajudan bupati), Bapak Kris Sondegau, Bapak Deky Belau. Dalam perjalanan kekerasan fisik seperti ditodong, dipukul tetap dijalankan. Selain itu bunyi tembakan terus terdengar. Pada pukul 13:30 WIT,Yohakim Mujijau memerintahkan tim gerakan untuk kembali ke sekretariat. Perintah yang bertolak belakang dengan perintah satuan brimob untuk menuju Kantor Polres yang ingin menyiksa tim gerakan. Pada pukul 15:00 WIT, ajudan bupati bertemu tim gerakan di sekretariat dan menyampaikan bahwa tim gerakan tidak dilarang untuk menyampaikan aspirasi mengenai alam Intan Jaya, kesejahteran masyarakat Intan Jaya dan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Intan Jaya dalam bentuk demo (terbuka di depan umum) namun Bupati Natalis Tabuni menghendaki hal tersebut disampaikan dalam audiens dan waktunya ditentukan oleh bupati sendiri. Penyampaian ini ditolak oleh tim gerakan. Viktor Yohanes Belau, selaku ketua tim gerakan menyampaikan bahwa meskipun surat tanda terima perizinan (STTP) sudah dicabut oleh Polres atas perintah bupati, tim gerakan akan tetap turun bersuara di depan umum (demo) untuk menyampaikan aspirasi mengenai kesejahteran masyarakat Intan Jaya, alam dan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Intan Jaya, pada tanggal yang sudah kami tentukan (Selasa,18 Agustus 2015).
  • Selasa, 18 Agustus 2015.
    Pada pukul 07:00 WIT, tim gerakan bersama seluruh lapisan masyarakat yang peduli akan pembangunan Kabupaten Intan Jaya mulai bergerak dari pos secretariat (ujung lapangan terbang di Kampung Kumbalagupa) menuju Kantor Bupati Intan Jaya yang selama ini disebut Gedung Geust House di Kampung Mamba). Dalam perjalanan,tim gerakan berorasi dengan kata-kata seperti ini: ’’hidup alam Intan Jaya, hidup masyarakat Intan Jaya, hidup mahasiswa’’. Setelah tiba di depan kediaman bupati, kira-kira pukul 10:30 WIT, tim gerakan dihentikan oleh Bapak Piter Tabuni (Kepala Dinas pertambangan). Kata Beliau, ’’adik-adik, mahasiswa berhak untuk bersuara demi pembangunan dan pembaharuan suatu daerah. Namun, saat ini bupati sedang pertemuan dengan mahasiswa KKN dari universitas Gajah Mada (UGM) di rumah kediaman. Untuk itu demo ini mohon ditunda’’. Kata bupati, aksi tidak boleh diadakan oleh mahasiswa, melainkan mahasiswa boleh sampaikan aspirasi melalui audiensi di kantor bupati”.
    Sebelum tim gerakan menanggapinya, tak diduga satuan Brimob, bupati dan beberapa pegawai negeri sipil bersama beberapa masyarakat keluar dari kediaman bupati langsung mengusir tim gerakan dengan cara melemparkan batu, memukul dengan senjata, ditodong dengan senjata, ditendang dan dicaci-maki. Melihat tindakan tersebut, tim gerakanpun mundur sambil bersuara agar masyarakat yang melihat kejadian tersebut tidak mudah terpovokasi dari apa yang dilakukan oleh satuan Brimob bersama bupati dengan rombongan. Tim gerakanpun kembali ke sekretariat sambil berorasi. Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Brimob bersama rombongan bupati dengan alasan yang tidak masuk akal menandakan bahwa mahasiswa menang atas kebenaran. Seluruh lapisan masyarakat (Mbulu-mbulu – koahoga sampai Jipigu-isamaga) Intan Jaya menjadi saksi mata atas tindakan kriminal yang dilakukan oleh bupati dan Brimob terhadap mahasiswa (tim gerakan) yang ingin bersuara atas pembangunan di Kabupaten Intan Jaya yang selama ini macet. Pada pukul 13:15 WIT, setelah tiba di sekretariat, tim gerakan memberitahukan kepada seluruh masyarakat yang hadir bahwa demo damai mengenai pembangunan, alam dan masyarakat Kabupaten Intan Jaya berakhir sampai disini. Tim gerakan tidak akan dan bersikap tegas untuk menolak proses penyampaian aspirasi secara audiensi yang diminta oleh bupati.

Pernyataan sikap dari Gerakan Mahasiswa dan Pelajar Peduli Pembangunan Kabupaten Intan Jaya:

  1. Gerakan Mahasiswa dan Pelajar Peduli Pembangunan Kabupaten Intan Jaya se-Indonesi (GMPP_I) meminta kepada gubernur Papua, Mentri Hukum dan HAM serta Presiden RI untuk segera meneggur Bupati kabupaten Intan Jaya atas kekerasan Pemukulan, kepada Mahasiswa Intan Jaya pada 18 Agustus 2015.
  2. Gerakan Mahasiswa dan Pelajar Peduli Pembangunan Kabupaten Intan Jaya se-Indonesi (GMPP_I) meminta kepada Kapolda Papua dan Bupati kabupaten Intan Jaya untuk segera menarik Brimob Detasemen Kompi C Biak yang bertugas di Intan Jaya.
  3. Gerakan Mahasiswa dan Pelajar Peduli Pembangunan Kabupaten Intan Jaya se-Indonesi (GMPP_I) meminta kepada Pemerintah Intan Jaya dalam hal ini Bupati Intan Jaya Natalis Tabuni dan Wakil Bupati Jan Kobogauw meminta maaf kepada mahasiswa dan pelajar Kabupaten Intan Jaya se-Indonesia (GMPP_I) dan Masyarakat Intan Jaya melalui tulisan maupun lisan.
  4. Kami Pelajar Kabupaten Intan Jaya mendukung sepenuh-nya semua proses yang sudah dan akan dilakukan Gerakan Mahasiswa dan Pelajar Peduli Pembangunan Kabupaten Intan Jaya se-Indonesi (GMPP_I).

Dilaporkan Oleh MD

 

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *