Pengobatan di Suku Elseng

Dorang (mereka) itu ingin sekali untuk kami petugas masuk ke dalam. Bantu mereka yang jauh di dalam sana. Dorang senang sekali dan merasa bahagia serta sangat menerima kami waktu itu”

Begitulah ungkapan yang disampaikan oleh Pak Mantri Andrianus Padwa, di Kampung Baru Kwarja, Distrik Yapsi, Kabupaten Jayapura, Kamis, 10 Mei 2018. Kampung Kwarja merupakan salah satu kampung dari suku asli di Distrik Yapsi. Suku yang mendiami Kampung Kwarja adalah Suku Elseng. Sudah sekitar belasan tahun, masyarakat di Kampung Induk Kwarja tidak merasakan pelayanan kesehatan yang layak seperti kampung-kampung yang lainnya. Para petugas medis yang melayani di Kampung Kwarja adalah mereka yang sungguh-sungguh memiliki hati pelayanan dan sedia.

“Yang kami buat dulu adalah terus bekerja dan melayani. Kami tra (tidak) pikirkan uang tunjangan kinerja, transportasi, lauk-pauk seperti yang sekarang banyak petugas persoalan. Yang kami tahu adalah kami kerja dan setiap bulan kami dapat honor atau gaji kami,” jelas Paman Andri, begitulah sapaan akrabnya di kalangan masyarakat Kwarja.

Kampung Kwarja sendiri memang jauh dari pemberitaan media, baik cetak maupun internet. Di Kampung Kwarja yang induk memang sudah ada bangunan Puskesmas Pembantu (Pustu). Pada tahun 2005, Pustu di Kampung Kwarja dibangun dengan tujuan melayani masyarakat di Kampung Kwarja. Pernah ada petugas yang tinggal tetapi hanya beberapa bulan saja dan kembali ke Puskesmas di Kampung Bumi Saharja (SP 1). Sejak itu tidak ada petugas medis yang menetap di Kampung Kwarja hanya dilakukan program mobile medis dari Puskesmas. Yang biasa masuk ke dalam adalah petugas Gereja dan Pak Mantri Padwa saja.

“Saya dulu biasanya bekerja sama dengan petugas Gereja Katolik Paroki Taja. Waktu itu bersama dengan Bapak Beni Neno. Kalau saya ada kesibukan pelayanan di tempat lain atau tugas lain, saya selalu koordinasi dengan Beni. Kalau dia masuk ke dalam berarti saya titip obatan ke dia untuk diberikan kepada masyarakat. Beni sendiri juga harus dan terpaksa belajar tentang medis,” ungkap Mantri Padwa.

Pada tahun 2015, SKPKC Fransiskan Papua membantu karya pelayanan pastoral dari Paroki St. Klara Taja Lereh. Pada waktu itu, SKPKC FP hanya melakukan refleksi dan menggali persoala-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Banyak persoalan yang diungkapkan seperti akses jalan, kesehatan, pendidikan, pelayanan kegerejaan, penggunaan dana kampung, penebangan kayu serta perburuan liar di hutan milik warga. Beberapa tindak lanjut sudah dilakukan oleh SKPKC, termasuk melaporkan persoalan di tingkat Paroki St. Klara Taja Lereh, Dinas Kesehatan dan Kepala Distrik Yapsi.

Di tahun 2018, tepatnya tanggal 9 dan 10 Mei 2018, SKPKC FP bersama Paroki St. Klara Taja Lereh, Rumah Sakit Dian Harapan Waena, Puskesmas SP 1 dan Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura melakukan pengobatan massal dan mensosialisasikan pola hidup sehat. Kegiatan pengobatan massal didahului dengan sosialisasi tentang HIV AIDS oleh Br. Agus Adil, OFM dan Pola Hidup Sehat oleh Dr. Wahyuni pada Rabu, 9 Mei 2018.

“Kami prihatin dengan persoalan masyarakat di Suku Elseng, Kampung Kwarja. Kami memang baru bergerak pada tahun 2015 untuk bersama masyarakat. Di tahun ini kami mencoba menindaklanjuti beberapa persoalan mereka seperti di bidang kesehatan. Kami terus berkoordinasi dengan pihak Paroki, Dinas Kesehatan, Puskesmas, Petugas Medis di Kampung Kwarja agar pelayanan kesehatan terus berjalan. Kami berusaha semampu kami yang bisa kami lakukan. Masih ada keluhan persoalan pendidikan karena kebanyakan masyarakat di Kampung Kwarja tingkat buta aksaranya sangat tinggi. Kami senang karena orang tua sudah mulai memahami pentingnya pendidikan, sehingga anak-anak mereka mulai disekolahkan,” ungkap Stilman Renggi, staf SKPKC FP yang melakukan pendampingan di Kampung Kwarja.

Untuk pelayanan kesehatan sendiri, di Kampung Baru Kwarja sudah dibangun sebuah Posyandu yang ditempati oleh Mantri Padwa dan istrinya. Selain melayani kesehatan, mereka berdua juga berusaha membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak di Kampung Kwarja. Sekarang sudah dibangun sebuah bangunan PAUD sederhana yang dikelola oleh kedua petugas medis tersebut. Mereka berharap, pihak pemerintah membantu masyarakat Kwarja di dalam dunia pendidikan juga.

“Kami dari dulu minta dibangun gedung sekolah tingkat SD dari kelas satu sampai tiga. Untuk tingkat selanjutnya mereka meneruskan ke kampung Takwa Bangun atau SP 5. Masyarakat ini akan tuan tanah jadi harus difasiltasi dan diperhatikan,” ujar Mantri Padwa.

 

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *