Festival Sagu II: Warisan Lumbung Masyarakat Papua

Perayaan Hari Sagu dan Festival Sagu Papua dilaksanakan di Kampung Kwadeware Distrik Waibu Kabupaten Jayapura. Ini kali kedua menjadikan hutan sagu Kampung Kwadeware sebagai pilihan diselenggarakan Festival Sagu Papua. Bagi masyarakat Papua khususnya Kampung Kwadeware, hutan sagu merupakan warisan leluhur yang memberikan berkat dan kesejahteraan bagi mereka. Tempat dimana masyarakat bisa mengekspresikan kehidupan keseharian sebagai sistem penyimpanan pangan atau lumbung. Kegiatan Hari dan Festival Sagu ini mengangkat tema “Memperkuat Kedaulatan Pangan Papua Melalui Festival sagu Kwadeware” pada 20-21 Juni 2018.

Ada dua jenis kegiatan yang dilaksanakan dalam Festiva Sagu ini, yakni Fokus Grup Diskusi (FGD) yang dilaksanakan pada Rabu, 20 Juni 2018  di Wisata Alam Herosi. Dari FGD ini dihasilkan lima point rekomendasi yang diserahkan kepada pihak pemerintah kabupaten dan provinsi. Kelima point itu adalah, [1] Mendukung tanggal 21 Juni sebagai hari sagu Papua dan hari sagu nasional. [2] Membantu kelompok masyarakat yang peduli akan hutan sagu dengan kebijakan pemerintah. [3] Membantu dan mendukung riset dan penelitian yang berhubungan dengan sagu dan ketahanan pangan lokal. [4] Memberikan penghargaan kepada masyarakat atau lembaga yang merekomendasikan pada kelestarian pengembangan sagu. [5] Meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat melalui sumber daya pangan lokal.

Kegiatan yang kedua adalah perayaan puncak Festival Sagu Papua, Kamis, 21 Juni 2018, yang Dusun Sagu Kampung Kwadeware, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura. Suasana dan tempat kegiatan festival sangat alami dan nyaman.  Perayaan festival ini dibukan oleh Ondofolo atau Kepala Suku Kampung Kwadeware Nixon Marweri. Dalam sambutan pembukaannya, Ondofolo Nixon mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran dan partisipasi dari semua pihak dalam perayaan tersebut.

 “Kami sebagai Ondofolo akan membacakan pernyataan pembukaan. Sagu adalah kitong, kitong adalah sagu. Terima kasih para tamu undangan yang sudah datang di kampung kami. Hutan leluhur kami Kwadeware, terima kasih untuk semua yg telah mendunkung. Sehingga kegiatan dari proses sampai pelaksanaan bisa berjalan dengan baik. Saya sebagai Ondofolo penguasa kampung, dan hutan sagu leluhur kami di Kwadeware memberikan penghormatan kepada semua yang telah hadir dalam perayaan hari sagu dan festival sagu Papua”, ungkap Bapak Nixon dalam kata sambutannya.

Festival ini menghadirkan suku-suku di Provinsi Papua dan Papua Barat. Seperti suku Ketemban, Suku Onate Kampung Turu Serui, Suku Marind, dan Suku Koroway. Di sini mereka semuanya memperlihatkan proses pembuatan sagu mentah menjadi makanan yang diolah secara tradisional. Adapun, penggiat kopi Papua dan komunitas noken Papua ikut memeriahkan perayaan ini.

Sebagai contoh pembuatan sagu Sep dari suku Marind, yang dibuat dengan proses bakar batu.

“Awalnya kita buat wadah tungku, untuk pembakaran batu dengan kayu diatasnya. Kemudian batu, kayu, dan paling atas diletakan batu. Dengan menyisahkan tepat kosong untuk memasukan daun sagu diatas batu yang sudah di bakar. Setelah wadah sudah jadi, sagu di masukan kedalam daun pisang dan kemudian di tutup dengan batu. Proses pembuatan ini kurang lebih 2 jam. Proses pembuatan tungku sampai pembakaran sagu, jelas Ibu Velin Toto salah satu penggiat sagu dari suku Marind.

Festival ini memberikan harapan baru bagi masyarakat di Tanah Papua, khususnya suku-suku yang mengandalkan sagu sebagai pangan utamanya.

“Masyarakat atau pengunjung yang datang bisa melihat dan belajar proses pembuatan sagu Sep, bukan hanya sagu sep saja tapi manfaat sagu yang begitu banyak macam dan bentuknya. Jangan hanya sampai di sini saja, harus terus menerus belajar karena fungsi sagu ini sangat besar dari daun hingga akar semuanya mempunyai fungsi. Jadi harapan kami, tidak mengharapkan bantuan pemerintah. Kami hanya membutuhkan masukan dari teman-teman untuk kedepannya festival sagu ini bisa berjalan dengan  lebih baik lagi”, tutur Ibu Velin Toto.

Perayaan sagu dan festival sagu Papua juga menghadirkan penanaman 1 juta pohon sagu. Penanaman bibit sagu dilakukan secara simbolik oleh Pejabat Gubernur Papua Mayjend TNI Soedarmo dan Bupati Jayapura Mathius Awoitauw.

Soedarmo dalam sambuatanya menjelaskan luas tanaman sagu di dunia ada sekitar 6,5 juta hektar. Dari 6,5 juta hektar Indonesia merupakan lahan yang terbesar yaitu 5,5 juta hektar. Untuk Papua 4,7 juta hektar. Sisanya Papua Barat, Maluku dan NTT. Tetapi hingga saat ini lahan sagu di Papua belum diberdayakan secara maksimal dan masih belum diekspor serta belum ada pengelolaan secara maksimal. Hasil atau produknya didapat selama ini masih sifatnya tradisional

Dalam sambutannya, Bupati Jayapura Matihus Awoitauw mengajak masyarakat semuanya untuk merawat dan menjaga hutan sagu yang ada.

 “Kabupaten Jayapura memiliki 11.700 Hektar untuk kawasan sagu. Dan yang tersentuh oleh usaha manusia 3.500 Hektar dan sisanya belum terjamah. Termasuk wilayah lain di Kabupaten Jayapura sehingga berpotensi untuk pemenuhan pangan dan gizi yang sehat bahkan peningkatan ekonomi keluarga. Masih banyak yang tidak terlihat dalam menunjang sumber daya alam. Hal ini juga menjadi tantangan bagi kita, bahwa data secara nasional dan dunia 90% sagu terbesar ada di Indonesia dan yang terbesar adalah di tanah Papua dan Papua Barat, Bupati Matius menjelaskannya.

Kegiatan perayaan hari sagu ke II dan festival sagu Papua kedepan akan menjadi warisan lumbung untuk masyarakat di tanah Papua.

Kita mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menyalurkan ini kepada generasi muda sehingga mereka akan paham. Bahwa hidup mereka bukan bergantung kepada prodak yang dari luar, dalam arti kita tidak bisa meninggalkan beras dengan yg lainnya. Namun sagu adalah akar kehidupan mereka, sagu adalah rumah di mana mereka hidup, sagu adalah tempat dimana mereka makan dan bisa berbicara. Dalam satu helai atau satu tempat makan itu merupakan hal yang dapat di samapaikan dalam kehidupan keluarga”, jelas Charles Toto pegiat sagu dan Jungle Chef dari Papua.

Perayaan festival ini dimeriahkan juga paduan suara dari Knai Umbai, Sanggar Tari Greinan. Di festival ini kita dapat melihat segala proses pengolahan sagu. Selain itu, para pengunjung dapat mencobanya. Di kesempatan ini juga, dua kepala suku mewakili masyarakatnya, Kepala Suku dari Kampung Kwadeware Nixon Marweri dan Kampung Ifale Jhoni Suebu menyerahkan luasan tanah sebagai hutan atau dusun sagu. Kampung Kwadeware melepaskan lahan seluas 15 hektar dan Kampung Ifale 25 hektar.

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *