Papuan Voices Merayakan Hari Lahir ke-8

Papuan Voices merupakan salah satu media audio visual yang bergerak menyuarakan persoalan di Tanah Papua

Begitulah ungkapan yang disampaikan oleh Koordinator Nasional Papuan Voices Bernard Koten, ketika hadir dalam perayaan hari lahir Papuan Voices ke-8 di Sekretariat Papuan Voices, Waena, Kota Jayapura, 10 Desember 2019. Bertepatan dengan Perayaan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional, para peserta pelatihan dan pelatih video advokasi serta lembaga yang mendukung pelatihan ini (Engage Media, SKPKC Fransiskan Papua, SKP KAME dan JPIC MSC) pada tahun 2011, bersepakat memberikan nama komunitas Papuan Voices bagi kelompok pada saat itu. Perjalanan Papuan Voices sejak tahun 2011 sampai pada dikeluarnya akta notaris, pada tahun 2016, bersifat cair.

“Kami Papuan Voices sejak awal tahun 2011 sampai pada pelatihan berikutnya di Sorong dengan Belantara Papua, di Wamena dengan YTHP berjalan cair. Walaupun demikian, tidak menyurutkan semangat kami untuk bersuara atau membantu meneruskan suara masyarakat kecil/adat dan mereka yang terpinggirkan di Tanah Papua”, jelas Bernard Koten.

Sejak tahun 2011 sampai saat ini, Papuan Voices sudah banyak menghasilkan video atau film pendek tentang persoalan HAM, Lingkungan atau Hutan dan persoalan sosial di Tanah Papua. Papuan Voices tetap pada posisi bersama masyarakat adat dan mereka yang terpinggirkan di Tanah Papua. Papuan Voices menjadi media untuk memberitahukan kepada masyarakat adat dan publik di luar Papua bahwa masih terlalu banyak persoalan HAM, lingkungan dan sosial di Tanah Papua hingga saat ini.

“Saya waktu masih mahasiswa, saya juga banyak mengoleksi film-film atau video yang diproduksi oleh teman-teman Papuan Voices. Film-film yang dihasilkan itu benar-benar membantu meneruskan suara dari masyarakat kecil, masyarakat adat Papua yang ada di kampung-kampung. Film-film itu membantu saya untuk memahami persoalan Papua yang dilupakan oleh publik”, ungkap Ruth Ohoiwutun, undangan yang hadir dalam perayaan lahir PV di Kota Jayapura.

Lebih lanjut, Ruth mengharapkan, Papuan Voices tetap terus bergerak dan menjadi media ‘perlawanan’ terhadap segala informasi yang tidak adil dan tidak benar tentang persoalan HAM, Lingkungan dan Persoalan Sosial lainnya yang sering kali ditutupi.

Hal senada juga disampaikan oleh Ezra Mandosir yang juga membantu proses perkembangan Papuan Voices. Menurut Ezra, Papuan Voices hadir di Tanah Papua menjadi sebuah media alternative untuk membantu menyuarakan persoalan di Tanah Papua.

Pada saat ini Papuan Voices tersebar di Jayapura, Keerom, Merauke, Timika, Wamena, Byak, Sorong, Tambrauw. Perayaan hari lahir ini dirayakan juga di PV wilayah Merauke, Byak dan Timika. Di Merauke, Byak dan Timika, dirayakan ibadat syukur dan nonton serta diskusi film dan sharing tentang perjalanan Papuan Voices. Hadir juga dalam perayaan ini adalah badan pengawas PV. Sedangkan di tingkatan nasional, di Jayapura, dirayakan dengan pemberkatan Gedung Sekretariat Papuan Voices oleh Pater Edi Doga, OFM.

 

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *