Seri Sejarah Politik, HAM, dan Demokrasi
West Papua No.5
Dampak kehadiran Freeport telah menciptakan konflik perang antar suku di Timika, Papua, yang berkepanjangan. Bahkan, tak hanya konflik antarsuku, tapi juga ironisnya, kedua suku yang mendiami area tambang Freeport, suku Amungme dan Kamoro telah menjadi minoritas di wilayahnya di Timika, Mimika, Papua.
Dalam melihat situasi demikian, rakyat Amungme dan Kamoro serta Bangsa Papua terus bergumul dan bertanya, apakah kehadiran Freeport dapat menyelamatkan kami Suku Amungme dan Kamoro? Apakah Freeport adalah masa depan kami orang Papua? Apakah Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin eksistensi kehidupan bangsa Papua? Dan masih banyak pertanyaan reflektif lainnya.
Seluruh isi buku dibagi dalam tiga bagian besar yang terbagi dalam isu-isu kemamusiaan dan kejahatan ekologi dalam penambangan Freeport. Sejarah kelam Freeport telah merendahkan penghargaan martabat orang-orang Papua di area tambang. Jejak kekerasan, juga perlawanan, bisa dilihat dalam penangkapan warga sipil Papua dan peristiwa kematian Kelly Kwalik – tokoh dan pemimpin Papua.
Isu besar lain yang dibahas buku ini tentang pertambangan ilegal di wilayah Degeuwo, tempat berdiamnya suku Wolani di Kabupaten Paniai. Tak hanya kejahatan ekologis, penambangan ilegal di Paniai telah menciptakan konflik yang berdampak pada pelanggaran hak asasi manusia.
Bencana alam, longsor dan banjir yang besar yang menerjang perkampungan-perkampungan dan kawasan penduduk di Kabupaten Sentani pada 2007 telah meluluhlantakkan kehidupan orang-orang Papua. Dampak dan penderitaan hebat tersebut ditanggung karena alam dan lingkungan yang kian memburuk.
Inilah salah satu tujuan buku ini, adalah membuka mata dan hati dampak kehancuran ekologis dan kejahatan kemanusiaan dari perusakan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tambang yang mengabaikan keselamatan lingkungan dan manusia di Tanah Papua.
Tebal: 359 hlm
Ukuran: 15 x 23 cm
Tahun: 2023
ISBN: xxx-xxx-xxxx-xx-x