“Ini adalah kesempatan yang baik bagi kami untuk belajar dan mengetahui secara benar dan baik setuasi hak asasi manusia di Tanah Papua. Hal ini sangat membantu kami sebagai petugas pastoral nanti”
Begitulah ungkapan yang disampaikan oleh Pater Abraham Nusmese Pr, Pembina Konfrater Keuskupan Agats di Aula Sekolah Tinggi Filsafat dan Theologi Fajar Timur Abepura, Jayapura, Rabu, 23 Oktober 2024. Ungkapan yang sama juga disampaikan oleh para pembina para frater di Rumah Studi OSA dan Keuskupan Jayapura.
Dalam lima tahun belakang ini, pihak Sekretariat Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan Fransiskan Papua (SKPKC FP) merasa sangat perlu dan penting untuk duduk bersama dan berdiskusi dengan para calon petugas pastoral di Tanah Papua, khususnya mereka yang saat ini menjalani studi di STFT Fajar Timur Abepura, Jayapura. Berbicara bersama dan saling menguatkan dalam pelayanan dapat membantu para pihak memahami secara sungguh-sungguh situasi yang dihadapi masyarakat kecil dan terlantar, khususnya umat katolik di Tanah Papua. Secara programatik, kegiatan ini adalah kegiatan animasi, saling menguatkan dan meneguhkan dalam pelayanan.

“Kami merasa sangat perlu untuk berbagi informasi dan situasi hak asasi manusia di Tanah Papua. Berbicara kebenaran akan situasi orang kecil dan terpinggirkan di Tanah Papua merupakan panggilan kita sebagai orang katolik pada umumnya, apalagi petugas pastor. Kami merasa bersalah kalau situasi kesakitan dan keterlantaran orang Papua tidak disampaikan kepada petugas pastoral atau calon petugas pastoral,” tutur Yuliana Langowuyo dalam sambutannya, Sabtu, 26 Oktober 2024.
Setiap pribadi yang memilih sebagai petugas pastoral atau sebagai seorang pastor di Tanah Papua, menunut pribadi tersebut harus menyelaraskan apa yang dipelajari, diketahui dari dasar-dasar pelayanannya. Dasar utamanya adalah Kitab Suci yang memuat ajaran kabar gembira dari Allah melalui Yesus Kristus yang diimani. Selain itu, Gereja Katolik juga memiliki sumber inspirasi dalam pelayanannya dari tradisi, dokumen resmi dan Ajaran Sosial Gereja. Semuanya mengajarkan umat katolik untuk menciptakan bonum commune (kebaikan bersama). Semua ajaran Kitab Suci dan Dokumen Gereja Katolik termasuk Ajaran Sosial Gereja menggerakan orang untuk menciptakan bonum commune tersebut.
“Ajara utama dan pertama adalah cinta kepada Allah dan kepada manusia seperti diri kita sendiri. Simbol Salib yang kita imani merupakan sebuah perintah kepada kita untuk melakukan keberpihakan kepada orang-orang yang lemah, miskin, terlantar dan kepada orang yang hak-haknya dirampas. Ko (kau) mau berkhotbah sampai ke ujung tapi ko tidak melakukan cinta kasih, ko tidak ada gunanya. Kalau ko kerja untuk dirimu dan kelompokmu saja, ko tidak ada gunanya”, jelas Pater Goklian Haposan OFM ketika memberikan materi Situasi HAM dalam terang Kitab Suci dan Ajaran Sosial Gereja.
Pada diskusi dan sharing bersama dengan para calon imam yakni di Biara OSA Kasisiakum, Rumah Studi Keuskupan Timika, Rumah Studi Keuskupan Agats, Rumah Studi Keuskupan Agung Merauke dan Rumah Studi Keuskupan Jayapura, SKPKC FP memberikan kesempatan bagi peserta diskusi untuk menggali kekayaan dasar Kitab Suci dan Dokumen Gereja serta Ajaran Sosial Gereja untuk melihat situasi HAM di Tanah Papua. Diskusi ini dilaksanakan pada 16 Oktober 2024 di Biara OSA Kasisiakum Buper Waena, Sabtu dan Rabu (19 dan 23 Oktober) di Aula STFT Fajar Timur, Selasa, 22 Oktober 2024 di Rumah Studi Keuskupan Agung Merauke, Sabtu, 26 Oktober 2024 di Rumah Studi Keuskupan Jayapura.
By Admin