Situasi HAM Papua Harus Disampaikan secara Menyeluruh Ke Publik di Luar Papua

“Kami punya kewajiban moral sebagai salah satu lembaga Gereja Katolik di Tanah Papua untuk menyampaikan informasi secara menyeluruh terkait situasi hak asasi manusia”

Begitulah ungkapan yang disampaikan oleh Direktur Justice, Peace and Integrity of Creation OFM (JPIC OFM) Papua, P. Alexandro Rangga OFM pada kegiatan sharing dan diskusi tentang Papua bersama Pemuda Katolik wilayah Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT),  07 Februari 2025. Misinformasi terkait penderitaan orang-orang kecil, khususnya orang Asli Papua seringkali menimbulkan presepsi yang berbeda dari publik terkait fakta yang terjadi di Tanah Papua. Pada lima tahun belakangan ini (2020-2025), Sekretariat Justice, Peace and Integrity of Creation OFM Papua (JPIC OFM Papua) terus berupaya membangun narasi secara menyeluruh terkait peristiwa hak asasi manusia yang terjadi di Tanah Papua kepada publik di luar Papua. Seyogyanya kegiatan ini sudah dilakukan bersama dnegan mitra atau jaringan JPIC OFM Papua sejak tahun 1999, tahun mulai berkaryanya JPIC OFM Papua di Papua. Sekretariat JPIC OFM Papua sejak tahun 1999 menerbitkan buku seri memoria passionis, buku yang berisi situasi hak asasi manusia di Papua selama setahun.

Sekretariat JPIC OFM Papua bersharing dan berdiskusi bersama publik di luar Papua tentang situasi HAM Papua menggunakan media seperti laporan riset dan film atau video yang berbasis hak asasi manusia. Kegiatan ini mengundang banyak pertanyaan dan ungkapan dari peserta yang menghadiri kegiatan diskusi tersebut. Salah satu peserta yang juga adalah Ketua Pemuda Katolik Komda NTT Yuven Tukung menyampaikan bahwa persoalan yang dialami oleh orang Papua adalah persoalan orang di luar Papua. Membangun solidaritas yang solid tentang persoalan kemanusian di Tanah Papua merupakan kewajiban setiap manusia yang beriman dan beragama.

“Kita adalah Papua, Papua adalah kita. Kita juga dipanggil untuk bersolidaritas dengan persoalan yang dialami oleh para saudara dan saudari kita yang berada di Tanah Papua. Persoalan kemanusiaan merupakan persoalan semua orang,” ungkap Yuven Tukung pada saat memberikan kata sambutannya, 07 Februari 2025.

Diskusi tekait Papua di Kota Kupang, NTT melalui media film. Salah satu film yang diputar dan didiskusikan adalah ‘Kesepkatan Rahasia Hancurkan Surga Papua’ yang diproduksi oleh The Gecko Project. Film ini mengkisahkan perjuangan masyarakat adat Suku Awyu di Kabupaten Boven Digoel, Papua Selatan yang melawan perampasan hutan dan atau tanah oleh perusahaan kelapa sawit yang bekerja sama dengan para elit di pemerintahan dan aparat keamana (Polri dan TNI).  Selain itu Kota Kupang, kegiatan ini juga dilakukan di Flores Timur dan Nurobo, Kabupaten Malaka. Di Desa Nurobo, Kabupaten Malaka, para peserta diajak menonton dan berdiskusi film ’17 Surat Cinta’ yang disutradarai Dandhi Laksono. Film yang mengkisahkan deforestasi hutan dari Aceh sampai Papua. Kegiatan diskusi ini membuka cara pandang yang ‘baru’ bagi publik di luar Papua yang selama ini kadang mengandalkan informasi dan berita dari media-media tertentu yang telah dikuasai oleh elit-elit di Negara Indonesia.

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *