Hari itu, Kamis, 28 Juli 2016, pukul 17.12 waktu setempat, saya berbincang-bincang dengan dua orang perempuan, dua orang Mama, Mama Julita Madai dan Mama Paulina Adii di jalan masuk ke Panti Asuhan Yayasan Puteri Kerahiman Papua di Hawai Sentani, Kabupaten Jayapura. Sudah hampir beberapa bulan ini, Mama Julita dan Paulina memanjangkan hasil noken buatan mereka di pinggiran Jalan Raya Hawai Kemiri. Sebelumnya mereka sering berjualan di Pasar Lama Sentani dan Pasar Prahara Sentani. Akhir-akhir ini mereka lebih suka memilih pindah berjualan di dekat tempat pelayanan mereka. Alasan simpel saja pertama karena pernah diganggu orang mabuk dan yang kedua karena lebih dekat tidak harus mengeluarkan biaya transportasi serta lebih mudah mengawasi anak-anak yang dilayani.
“Dulu kami berjualan di pasar sana. Kami jual noken setelah tugas kami selesai di panti asuhan. Biasanya siang dan sore. Kami pernah diganggu orang mabuk jadi kami takut. Kami juga pikir dengan uang naik taxi,” jelas Mama Julita.
Mama Paulina keluar dari kampung halamannya dari Enarotali, Kabupaten Paniai ke Jayapura sejak tahun 1995. Dan pada waktu yang sama itu ia mulai melakukan karya amal kasihnya di panti asuhan sampai saat ini. Sedangkan Mama Julita meninggalkan kampung halaman Moenamani ke Jayapura dan mulai berkarya dengan pelayanan yang sama pada tahun 2000. Tugas dan tanggung jawab mereka jalankan sebagai seorang pelayan yang berhati mulia. Walaupun kadang mengeluh dan menggerutu, tanggung jawab tetap mereka jalankan dengan keikhlasan hati.
“Apa yang mama mereka rasakan ketika melayani anak-anak?” Tanyaku kepada Mama Julita dan Paulina.
“Anak-anak ini kami sudah anggap sebagai anak kami. Kami dampingi dan didik mereka seperti anak kami. Kalau mereka nakal, melawan dan tidak ikut, kami juga marah mereka bahkan kami juga pukul mereka. Kami marah dan pukul mereka itu untuk kebaikan mereka. Kami tidak benci mereka,” jelas Mama Julita.
Keseharian rutinitas kedua mama ini adalah melayani anak-anak di Panti Asuhan Hawai. Pelayanan di Panti Asuhan ini merupakan pelayanan sosial sehingga walaupun upah yang sangat minim tidak menjadikan mereka berhenti berbuat baik dan melayani anak-anak yang dititipkan di tempat tersebut. Mereka berkarya bersama para suster fransiskanis DSY.
Mama Julita melayani dan mendampingi anak-anak usia taman kanak-kanak di wismanya. Selain mendampingi anak-anak di wismanya, Mama Julita juga membantu para suster DSY untuk membersihkan dan merawat susteran. Sedangkan Mama Paulina menjalani tugasnya setiap hari mencuci pakaian milik anak-anak sekolah dasar di panti asuhan.
Tradisi dan warisan serta keahlian dalam merajut benang menjadi sebuah tas/noken cantik tetap dilakukan dari kesibukan mereka. Bagi mereka menjahit noken bukan hanya mengisi waktu kosong tetapi lebih dari itu menjaga tradisi dan warisan leluhur.
“Kami buat noken ini, kami buat setelah kami kerja di panti asuhan. Biasanya pada siang hari atau sore. Atau waktu kami jual noken, sambil jual kami jahit noken. Noken ini adalah tradisi kami. Noken ini juga hidup kami. Kami juga mengajak dan mengajarkan anak-anak jahit noken,” Mama Julita menceritakannya.
“Mama, saya dengar uang jualan noken mama mereka gunakan juga untuk membantu keponakan dalam sekolah ka? Benar ka tidak?” Tanyaku lagi kepada kedua mama tersebut.
“Benar anak, kalau kami dapat berkat dari jual noken kami bantu anak-anak kami yang kuliah. Anak kemanakan kami yang kuliah di Jayapura sini. Ada yang kuliah di USTJ dan Uncen. Tidak banyak tetapi ada kelebihan kami kasih. Kalau mereka datang lihat kami kami kasih,” jawab Mama Paulina
“Anak-anak yang mama mereka bantu yang sudah berhasil, kalau ke Jayapura mereka kunjung mama mereka ka tidak?” Tanyaku lagi.
“Mereka datang lihat to.. Biasa ke Jayapura mereka tidak lupa untuk lihat kami. Kadang bawa kami hadiah. Kami senang dan bahagia lihat mereka berhasil dan sukses,” Mama Paulina menjelaskannya.
Sekarang mama berdua memilih lebih nyaman menjual hasil jahitan, noken mereka di tempat saja. Bagi siapa yang berminat dan menggunakan hasil kreasi Mama Julita dan Paulina silahkan ke Panti Asuhan Hawai Yayasan Puteri Keramian Sentani, Kabupaten Jayapura. Hasil kreasi dari Mama Julita dan Paulina sama seperti hasil kreasi dari mama Papua yang lainnya.