“Terdorong oleh ilham Ilahi, kami ingin mengambil bagian dalam kehidupan bapak di dalam Ordo Saudara Dina, seraya memohon dengan sangat, supaya kami dengan mengenakan jubbah percobaan diuji bapak dan supaya kami belajar mengikuti jejak Kristus dengan seturut teladan Bapa Fransiskus, pencinta salib yang miskin dan rendah hati, dan menaruh beban Tuhan di atas pundak kami dengan cinta dan riang hati”
Dengan penuh keyakinan dan semangat kedua Saudara Alfonso Febriano Adiputra dan Vincentius Laka mengucapkan kata-kata tersebut dalam upacara penerimaan Novisiat dan Pengucapan Janji/kaul di Kapela Semadi St. Klara Sentani, Selasa (2/8). Perayaan syukur yang dirayakan dan dialami oleh Persaudaraan Fransiskan Duta Damai Papua ini merupakan perayaan yang setiap tahun dilaksanakan.
Tahun novisiat merupakan sebuah proses yang harus dan wajib dilalui oleh seorang religius, khususnya yang masuk ke dalam sebuah tarekat atau ordo. Seperti yang diatur dalam Hukum Kanonik 646 yang mengatakan “Hidup dalam tarekat dimulai dalam novisiat. Tujuannya ialah agar para novis lebih memahami panggilan ilahi, khususnya yang khas dari tarekat yang bersangkutan, mengalami cara hidup tarekat serta membentuk budi dan hati dengan semangatnya, dan agar terbuktilah niat serta kecapakan mereka”. Dalam tahun novisiat seorang saudara siap menguji dirinya untuk hidup sebagai seorang biarawan. Dalam konteks ini berarti menguji dirinya sebagai seorang biarawan fransiskan. Seorang novis belajar untuk memahami bagaimana Tuhan memanggil dirinya sebagai seorang biarawan.
“Novisiat itu mau tidak mau harus dijalankan karena diwajibkan di dalam Hukum Kanonik Gereja Katolik. Ini dilalui oleh semua tarekat religius. Tahun novisiat itu diharapkan mereka (para novis) dapat membangun kehidupan rohani mereka, hidup askese, hidup doa. Dan dalam konteks hidup sebagai fransiskan harus ditempatkan dalam hidup kesederhaan. Jubah pertobatan yang dikenakan merupakan lambang bagi seorang novis untuk meninggalkan cara hidup yang lama memeluk cara hidup yang baru untuk mengikuti Kristus sendiri seturut semangat Bapa Fransiskus Assisi”, kata Magister Novisiat La Verna Sentani Pater Tarsisius Lengari, OFM.
Hidup dalam kesederhanaan dan kesaksian hidup sangat penting dan dituntut sebagai seorang religius. Untuk memahami jiwa hidup seperti itu, setiap religius tidak dapat memaksakan dirinya untuk mengikuti cara hidupnya sendiri. Dia harus meninggalkan ke-ego-annya untuk mengikuti semangat dan jiwa dari tarekat/ordo yang dipiilih tersebut.
“Panggilan hidup sebagai seorang saudara fransiskan adalah kerendahan hati, melepaskan ego kita. Saya yakin dan percaya bahwa siapa (saudara) yang mengenal identitasnya, mengenal identitas/roh sebagai seorang saudara dina/fransiskan berarti ia mampu hidup sebagai seorang saudara dina. Siapa yang mengenal identitasnya, ia akan dicintai dan dihormati oleh semua orang,” ungkap Pater Kustos/Pimpinan OFM Papua Pater Gonsa Saur, OFM dalam perayaan Ekaristi Penerimaan Jubah Pertobatan/novis dan pembaharuan kaul.
Setelah mengikuti tahun novisiat para saudara Fransikan akan melanjutkan masa pembinaannya. Dalam konteks pengucapan kaul pertama bagi para saudara yang telah menyelesaikan tahun novisiat, mereka akan menegaskan bahwa setelah melewati tahun novisiat, dirinya dengan teguh melanjutkan pembinaannya di Persaudaraan Fransiskan Papua. Hal ini semakin menjelaskan bahwa cara hidup tersebut yang dikuti dan digumulinya.
“Pengucapan kaul/janji pertama bagi para saudara yang telah menyelesaikan tahun novisiat itu mempertegaskan pilihannya bahwa mereka tetap mengikuti cara hidup dalam tarekat Persaudaraan Fransiskan di Papua, tetapi masih mencobanya selama satu tahun. Karena setelah itu tahapannya satu tahun lagi dan tiga tahun,” jelas Pater Tarsi Lengari.
Pada kesempatan yang sama juga, selain penerimaan jubbah pertobatan/novis dan pengucapan kaul pertama, ada juga sebuah ritus yakni pengucapan kaul satu tahun dan tiga tahun untuk para saudara fransiskan yang lainnya. Janji/kaul ini diucapkan di depan pimpinan/Kustos OFM Papua Pater Gonsa Saur, OFM dan disaksikan oleh para saudara yang lainnya dan umat yang hadir dalam perayaan tersebut.
“Saya secara pribadi merasa bahagia dan gembira ketika mengucapkan janji/kaul tadi di Kapela. Namun di sisi lain menjadi sebuah tantangan serta tanggung jawab bagi saya untuk melaksanakan janji-janji atau kaul yang kami ucapkan tadi. Karena sudah diucapkan mau tidak mau harus dijalankan. Ketika mengucapkan janji itu, saya tidak hanya sebatas mengucapkan tetapi saya meminta kekuatan dari Tuhan untuk membantu dan mendampingi saya dalam pilihan ini,” ungkap Fr. Alfen Mujijau, OFM ketika menjelaskan perasaannya.
Terkait dengan semakin berkurangnya minat kaum muda untuk masuk ke dalam tarekat OFM di Papua, Pater Tarsi Lengari menjelaskan bahwa “hal itu sebenarnya sangat tergantung pada kami para saudara fransiskan yang berkarya di Papua. Bagaimana cara kita untuk bergaul dengan masyarakat, kaum muda. Pokoknya melalui kesaksian hidup kita sebagai seorang saudara dina fransiskan. Setelah mereka memutuskan untuk masuk dan bergabung dengan persaudaraan fransiskan, proses pendampingan dan pembinaan harus dijalankan dengan bahagia dan tulus hati. Kesaksian hidup sebagai seorang saudara dina selalu ditunjukan dalam keseharian juga di komunitas dan tempat karya atau pelayanan. Dengan demikian ada keyakinan bahwa banyak kaum muda atau orang di luar sana mau bergabung dengan kami para saudara dina.”
Perayaan ini dilanjutkan dengan resepsi dan rekreasi bersama di Biara St. Antonius Padua Sentani
Para saudara fransiskan yang mengucapkan kaul perdana adalah: Fr. Ambrosius Weke, Fr. Baltasar Berek, Fr. Frederikus Berek dan Fr. Afrianus Papak
Para saudara yang mengucapkan kaul tiga tahun: Fr. Daniel Gobay, Fr. Theodorus Tepa, Fr. Engelbertus Namsa
Para saudara yang mengucapkan kaul satu tahun: Fr. Matius Yarikho, Fr. Agustinus Angkur, Fr. Sebastian Hane, Fr. Benyamin Tanang, Fr. Ignasius Siliubun, Fr. Fransiskus Lamatapo, Fr. Ronaldus Djemai, Fr. Wandy Batoteng Raya, Fr. Bonasius Berakleor, Fr. Fridus Manek dan Alfinus Mujijau
Para saudara teruslah berkarya dan memberikan kesaksian hidup kalian sebagai seorang saudara dina. Tuhan akan menambahkan jumlah kalian untuk berkarya dan melayani orang-orang di tanah Papua ini. Doa kami semua menyertai kalian.