“Saudara Remi dan Yeri yang kami kasihi, hari ini kalian berdua ditahbiskan menjadi imam, menjadi imam seumur bukan kontrak satu atau dua tahun tapi sampai seumur hidup sampai ajal menjemputmu”
Pesan ini disampaikan oleh Pimpinan OFM Papua Pater Wilhemus Irenius Gonsalit Saur, OFM dalam acara resepsi pentahbisan, Minggu (16/10) kepada kedua Imam Baru Pater Alfonsius Remigius Seran, OFM dan Pater Yeremias Lado, OFM. Menjadi seorang imam yang tertahbis merupakan anugerah dan panggilan dari Tuhan. Terpanggil untuk menjadi seorang pelayan atau gembala umat Tuhan.
Selanjutnya, Pater Gonsa Saur, OFM mengingatkan bahwa semangat St. Fransiskus Assisi hendaknya selalu hidup dan melekat dalam keseharian hidup sebagai seorang imam. Ingat bahwa saudara berdua diutus dari biara sehingga saudara tidak boleh lupa dan meninggalkan biara begitu saja. Semangat kerendahan hati dan persaudaraan hendaknya selalu ada dan hidup dalam kehidupan kedua saudara dimana saja kalian berada.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh Imam Baru Pater Alfonsius Remigius Seran, OFM.
“Kami yakin dan percaya bahwa, Dia (Tuhan) yang memanggil kami tidak mungkin meninggalkan kami. Ini merupakan kekuatan kami untuk melangkah dengan tenang menuju tahbisan ini. Tahbisan imam merupakan rahmat dari Allah. Dalam refleksi dan pergumulan kami berdua, tahbisan suci merupakan pemberian dari Allah. Allah-lah yang memanggil kami dan dengan rendah hati kami katakana “Ya” seperti motto tahbisan dari Pater Yeremias Lado, OFM “Terjadilah padaku menurut perkataanmu”. Kami dipanggil untuk menyerahkan diri secara total untuk mengembalakan domba-domba dengan suka rela dan pengabdian diri”, kata Pater Remi, OFM dalam sambutannya.
Lebih lanjut Pater Remigius Seran, OFM mengatakan bahwa sebagai manusia tentunya banyak kekurangan dan kelemahan yang melekat. Namun dengan keyakinan dan kesanggupan, ia yakin bahwa berkat pertolongan Tuhan dan bantuan semua orang yang ada di sekitarnya dapat memberikan kekuatan untuk melayani dengan sungguh-sungguh. Pentahbisan ini merupakan langkah awal bagi seorang imam untuk menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang gembal.
Proses pembinaan dan pendidikan menjadi seorang Imam, khususnya seorang fransiskan bukanlah gampang seperti membalikkan telapak tangan. Proses pembinaan mulai dari Seminari (setara dengan SMA), postulat, novisiat, pendidikan SI, tahun orientasi pastoral (TOP), tahun orientasi karya (TOK), pendidikan lanjutan Pasca Serjana, masa diakonat dan akhirnya ditahbiskan menjadi seorang imam. Segala proses ini kurang lebih 10 tahun setelah menamatkan pendidikan di SMA/SMU. Kedua imam ini ditahbiskan menjadi daikon pada 10 April 2016 di Paroki Sang Penebus Sentani oleh Uskup Keuskupan Jayapura Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM.
Dalam renungannya Uskup Keuskupan Jayapura Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM mengajak kedua imam untuk terus memaknai rahmat tahbisan imam ini dalam perjalan kehidupan selanjutnya.
“Kadang kala ada pandangan yang mengatakan bahwa imam ditahbiskan untuk hanya memimpin Perayaan Ekaristi atau Misa. Tentu saja memimpin ekaristi merupakan salah satu tugas. Bukan selesai pimpin misa tugas seorang imam selesai, tetapi harus mewartakan kabar gembira, mewartakan Injil itu dalam keseharian hidupnya. Kedua diakon yang akan ditahbiskan menjadi imam ini harus melaksanakan tugas pewartaannya di paroki dan di dimana saja. Bukan hanya memimpin misa saja. Seperti motto yang dipilih “Gembalakanlah Domba-Domba-Ku”, hendaknya kedua imam ini menjadi gembala yang baik dalam menggembalakan umat Tuhan,” kata Uskup Leo dalam renungannya saat Perayaan Ekaristi Pentahbisan.
Pada kesempatan yang sama, dalam sambutannya, Bupati Kabupaten Jayapura Matheus Awoitau mewakili Pemda dan Masyarakat Kabupaten Jayapura mengucapkan proficiat kepada kedua imam yang baru ditahbiskan. Menurut Bupati Matheus, perayaan ini merupakan perayaan syukur yang luar biasa dan merupakan campur tangan Tuhan. Hendaknya kedua pastor yang baru ditahbiskan ini menjadi seorang gembala yang dapat mengembalakan umat Tuhan menuju sebuah kebahagian, khususnya umat Tuhan di Tanah Papua ini.
Perayaan Ekaristi pentahbisan imam ini dipimpin oleh Uskup Keuskupan Jayapura Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM didampingi oleh Uskup Emeritus Keuskupan Bogor Mgr. Cosmas Michael Angkur, OFM, Pastor Paroki Sang Penebus Sentani Pater Hendrikus Nahak, OFM dan Pimpinan OFM Papua Pater Wilhelmus Irenius Gonsalit Saur, OFM. Bersamaan dengan sekitar 26 pastor yang menemani kedua imam baru tersebut. Sebelum Perayaan Ekaristi, proses penyerahan keluarga dan perarakan dimulai di Biara St. Atonius Padua Sentani menuju ke Gereja Paroki Sang Penebus Sentani. Di dalam perarakan tersebut, umat dan kedua imam baru diiringi dengan kelompok drum band dari SMA St. Fransiskus Assisi Sentani.
Di depan gapura Gereja Paroki, kedua imam dan rombongan disambut dengan tarian Likurai dari Timor. Kedua imam baru dan rombongan imam yang lainnya serta uskup diantar dengan tarian Ja’i menuju ke dalam Gereja untuk merayakan Perayaan Ekaristi Pentahbisan Imam.
Perayaan Ekaristi pentahbisan imam yang penuh meriah dan khidmat ini diiringi oleh paduan suara St. Gregorius Sentani.
Setelah Perayaan Ekaristi Pentahbisan, proses selanjutnya dilaksanakan resepsi bersama di halaman Gereja Paroki Sang Penebus Sentani. Selain umat katolik yang hadir juga dalam perayaan tersebut adalah FKUB, badan pengurus Mesjid Al-Aqsa, Bupati Kabupaten Jayapura Matheus Awoitauw, Bupati Keerom Celsius Watae, Departemen Agama Kabupaten Jayapura, Sekda Kabupaten Jayapura Yerry Dien. Selain sambutan-sambutan, resepsi pentahbisan ini diselingi dengan sumbangan lagu-lagu, tarian, puisi dan atraksi lainnya yang menceritakan perjalanan seorang imam dengan segala tanggung jawab dan tantangannya.
Proficiat buat kedua imam baru Pater Alfonsius Remigius Seran, OFM dan Pater Yeremias Lado, OFM. Semoga menjadi seorang gembala dan pelayan seturut semangat St. Fransiskus Assisi. (BK)