Thabisan Imam di Waris: Perayaan Umat Keuskupan Jayapura

“Kami juga mau seperti di daerah lain. Kita Tunjukan bahwa kita di Waris bisa”

Sekilas Perjalanan

Sabtu, 17 Oktober 2020, bersama dengan kedua teman Pegiat Multi Media Keuskupan Jayapura, kami bertolak ke Paroki St. Michael Waris. Paroki Waris terletak di wilayah tapal batas, berbatasan dengan Negara PNG. Dengan mobil Kijang, kami menuju ke Paroki Waris. Perjalanan ini kami tempuh sekitar 3 jam dari Kota Jayapura. Lumayan lebih cepat ketimbang pada tahun-tahun sebelumnya karena akses jalan yang sudah mulai membaik.  

Paroki St. Mikhael Waris merupakan salah satu paroki di Dekenat Keerom. Paroki St. Mikhael Waris memiliki 9 Stasi dan  24 Komunitas Basis (Kombas). Pada tahun 1949, Gereja Katolik untuk pertama kalinya diterima di wilayah Waris. Perjalanan dan pergumulan Gereja Katolik di Paroki St. Mikhael Waris terus mengalami perubahan hingga saat ini. Pengalaman suka, duka seperti halnya di paroki lainnya, Paroki Waris pun mengalaminya. Keterlibatan aktif umat dalam hidup menggereja, peran dan tanggung jawab seorang pastor paroki, persoalan sosial, ekonomi dan politik, begitulah pengalaman dan pergumulan silih barganti ‘mencobai’ iman umat dan petugas pastoral yang ada di Paroki St. Mikhael Waris. Hal ini terungkap dalam sambutan yang disampaikan oleh Pastor Paroki St. Mikhael Waris P. Hilarius Pekey, Pr.

“Ketika Bapa Uskup memilih dan menentukan Paroki Waris menjadi tuan rumah perayaan penthabisan imam, saya sampaikan kepada umat dan umat langsung setuju. Walaupun dengan keterbatasan sumber daya yang kita miliki tetapi kita tetap berjuang dan berusaha hingga hari ini perayaannya berjalan lancar dan sukses. Kita berjalan dan kita percaya bahwa Tuhan membuka jalan untuk kita semuanya. Kita mau tunjukan bahwa kita Waris juga bisa seperti daerah lainnya. Saya mengajak untuk umat di Paroki Waris agar meninggalakn perilaku yang jauh dari kehendak Tuhan sehingga suatu saat ada anak-anak muda dari Waris kita bisa dithabiskan menjadi seorang imam seperti keempat imam hari ini”

Perayaan Pentabisan Imam adalah Perayaan Umat

Ketika tiba di Paroki St. Mikhael Waris, saya mencoba berbaur dengan umat yang sibuk dengan segala persiapan. Kami belum bisa memasang perlatan multi media karena gedung Gereja Paroki masih digunakan untuk persiapan lainnya seperti gladi resi proses penthabisan imam, digunakan oleh anggota koor dan lain sebagainya. Secara pribadi, saya menilai memang sangat luar biasa dan terharu dengan segala persiapan. Baik itu dari persiapan perayaan liturginya dan resepsinya. Semuanya bekerja dengan sangat bahagia. Terlihat Ketua Panitia Penggerak Pelaksana Penthabisan Imam Bapak Martin May, Pastor Paroki St. Mikhael Waris P. Hilarius Pekey, Pr, Bapak Hendrikus Nahak, mama-mama di bagian dapur, pemuda-pemudi Paroki St. Waris, para frater dari STFT Fajar Timur, semuanya masih segar dan tetap tersenyum menjalankan tugas masing-masing walau raga kelihatan letih. Kami semuanya (keluarga imam baru, panitia, undangan) yang sudah tiba pada sabtu, 17 Oktober, disiapkan akomodasi oleh umat. Ada yang menginap di rumah umat, di pastoran, di gedung Puskesmas Waris yang tidak terpakai.

“Perayaan ini adalah perayaan besar. Butuh waktu yang cukup untuk persiapannya. Tetapi ketika Bapa Uskup sampaikan bahwa Paroki Waris bisa menjadi tuan rumah penthabisan, saya sampaikan kepada umat dan umat menjawab, pater tidak usah pertemuan banyak lagi, kita bentuk panitia langsung. Dengan segala keterbatasan kami, kami berdoa dan berjalan saja. Ternyata Tuhan membuka jalan bagi kami untuk segala proses yang kami lalui ini”, ungkap Pastor Paroki P. Hilarius sambil mata-mata berkaca-kaca. Ungkapan tulus dari Pastor Paroki Waris diamini oleh Bapa Uskup dalam sambutannya yang juga secara tulus menyatakan bahwa umat di Paroki Waris sangat luar biasa.

Umat Paroki Wari Hebat. Rencana penthabisan ini berjalan di luar rencana awal. Sebenarnya rencana penthabisan ini dilaksanakan pada 3 Mei 2020, karena situasi pandemic Covid 19, kita tunda sampai saat ini. Kami akhirnya memutuskan memilih Paroki St. Waris sebagai tuan rumah penthabisan tetapi tetap mengikuti protocol kesehatan. Paroki Waris dapat melaksanakan tanggung jawab besar ini dan semuanya berjalan dengan baik dan lancar. Semua persiapan dilaksanakan dengan sangat baik”, jelas Bapa Uskup Leo dalam sambutannya.

Umat di 9 Stasi dan 24 Komas Paroki St. Mikhael Waris, merasa dan memiliki perayaan penthabisan imam baru ini. Pastor dan Dewan Paroki St. Mikhael Waris menggerakan umatnya untuk bersama berjalan dan menunjukan bahwa Paroki Waris yang sangat jauh di pelosok bisa bertanggung jawab melaksanakan perayaan besar ini, perayaan umat. Perayaan ini sungguh-sungguh menjadi perayaan umat Tuhan di Paroki St. Mikhael Waris. Walaupun perayaan besar dan banyak orang yang hadir, penerapan protocol kesehatan dalam masa pandemic Covid 19 tetap diterapkan oleh panitia pelaksana perayaan penthabisan. Penerapan protocol kesehatan ini dibantu oleh pihak TNI yang bertugas di wilayah Waris.

Waris Harus Bisa

Cuaca pagi itu, Minggu, 18 Oktober 2020, di Paroki St. Mikhael Waris bersahabat dengan semua harapan besar umat untuk merayakan perayaan syukur itu. Semua umat dan tamu undangan pun sudah terlihat ramai di Wilayah Gereja St. Mikhael Waris. Pihak TNI Satgas Perbatasan yang bertugas di Waris membantu panitia menerapkan protocol kesehatan untuk mencegaj penyebaran Covid 19. Di tengah keramaian menyambut perayaan besar ini ada sebuah pertanyaan yang cukup dan sepertinya menganggu para pastor terthabis, Bapa Uskup Jayapura, pastor paroki Waris, umat yang hadir yakni mengapa sampai saat ini belum ada putra Waris yang menjadi seorang imam terthabis. Padahal Gereja Katolik masuk sudah 71 tahun yang lalu, 1949.

Pergumulan ini menjadi pergumulan bersama, terutama Pastor Paroki, Dewan Paroki dan umat di Paroki St. Mikhael Waris. Pergumulan ini terungkap dalam sambutan perwakilan imam baru P. Yohanes Mangguwop, Pr.

“Mengapa proses perayaan penthabisan imam dirayakan di tempat ini, di Waris? Karena berharap supaya ada panggilan dari anak-anak muda di tempat ini. Yang saya dengar bahwa orang bilang Keerom itu semuanya Katolik. Bukan hanya manusia tetapi batu, pohok, kayu juga katolik. Jadi harapannya supaya ada anak muda yang terpanggil menjadi imam terthabis lagi. Imam di Keuskupan Jayapura belum ada putra Keerom. Baik dari Arso, Yuruf, Ubruf dan Waris sendiri”, ungkap Pater Yohanis Mangguwop dalam sambutannya.

Apa yang disampaikan oleh Pater Yohanes juga diamini oleh Pastor Paroki Waris Pater Hila Pekey, Pr. Pater Hila berharap orang Waris bisa menunjukan jati dirinya bahwa Paroki Waris juga bisa menyumbangkan anak-anaknya menjadi seorang imam terthabis. Harapan besar ini dimulai dari keluarga masing-masing sebagai tempat untuk pendidikan dasar. Bapak Uskup Keuskupan Jayapura Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM dalam sambutannya mengharapkan peran aktif orang tua untuk membina dan mendidik anak-anaknya. Dengan demikian, anak-anak muda di Paroki Waris tetap peka dan bisa belajar serta menjadi orang yang baik dan berguna, khususnya menjadi bisa menjadi seorang imam terthabis seperti yang hari ini dirayakan.

“Kalau kita sudah bergembira dan siap melaksanakan proses penthabisan imam hari ini, sebenarnya kita sudah harus bergembira dan siap saling membantu sejak dari awal. Bukan wakti dithabiskan saja tetapi dari awal, waktu dimulai dari pendidikan dalam keluarga kita. Saat ini anak asli dari Keerom belum berhasil menjadi seorang imam. Ini mungkin pendidikan awal tidak baik dan benar entah itu dalam keluarga dan sekolah yang ada yang kadang tidak berjalan. Hidup rohaninya mungkin masih kurang. Bagaimana peran orang tua mendidik anak-anaknya dengan baik dan disiplin. Kami berharap semangat persiapan thabisan hari ini harus dimulai dari awal sehingga tahun-tahun ke depan ada anak Waris yang dithabiskan menjadi seorang imam”, jelas Bapa Uskup dalam sambutannya.

Perayaan Thabisan, Harapan Imam Baru dan Uskup

Perarakan yang mulia Bapak Uskup, para imam dan keempat diakon yang akan dithabiskan imam, diarak dengan tarian Wama dari suku Walsa Waris. Orang tua dan beberapa anak muda dari Suku Walsa dengan gembira mengarak rombongan Bapa Uskup dan Keempat Diakon menuju ke dalam Gedung Gereja St. Mikhael Waris untuk merayakan proses Penthabisan Imam. Proses penthabisan imam secara liturgy berjalan dengan baik dan lancar. Keempat diakon yang akan dithabiskan menjadi imam Diakon Vikianus Bauntal, Pr. Diakon Fransiskus Wales Wamfaga Hilapok, Pr, Diakon Yohanes Budiyanto Uttun, Pr dan Diakon Yohanes Mangguwop, Pr merayakan Ekaristi penthabisan imam dalam suasana gembira, hikmat. Kedua orang tua dari keempat diakon serta umat yang hadir juga turut dalam kegembiraan dan kebahagiaan tersebut. Ketika proses tanya jawab dan ucapkan janji setia, keempat diakon pun dengan tegas dan jelas menyampaikan janji mereka untuk taat kepada pemimpina Gereja Katolik serta menjalani tugas sebagai seorang imam.

Penyerahan secara adat Diakon Yohanes Mangguwop oleh Keluarga Kepada Gereja Katolik
Dok. Komsos Keuskupan Jayapura

Pukul 09.00 waktu Papua, terdengar bunyi tifa di halaman bekas Gedung Puskesmas Waris. Terlihat kelompok tarian dengan busana daerahnya. Bersama dengan kedua orang tua dari P. Yohanes Mangguwop, Pr, para penari dari Suku Muyu mengantar dan menyerahkan anak suku mereka Diakon Yohanes Mangguwop, Pr kepada pihak Gereja Katolik untuk dithabiskan menjadi seorang imam. Kedua orang tua, Diakon Anis serta keluarga disambut dan diterima oleh Bapak Uskup Keuskupan Jayapura Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM yang didampingi oleh Pastor Dekan Dekenat Keerom P. Kris Bidi, SVD, Pastor Paroki St. Mikhael Waris P. Hilarius Pekey, Pr, Dewan Pengurus Unio Keuskupan Jayapura P. Imanuel James Kosay, Pr dan imam yang hadir pada kesempatan itu. Penyerahan keluarga oleh Diakon Anis sebagai simbolis dan mewakili penyerahan ketiga rekan daikon lainnya yang akan dithabiskan imam pada hari ini.

Pasca perayaan Ekaristi penthabisan imam, dilanjutkan dengan resepsi bersama. Acara resepsi ini dibuka dengan sambutan-sambutan. Ungkapan harapan untuk dukungan terhadap imam ‘bayi’ ini begitu dalam diungkapkan oleh Pater Yohanis Mangguwop yang mewakili ketiga rekan imam ‘bayi’ lainnya.

“Terima kasih atas segala dukungannya kepada kami berempat. Terima kasih kepada orang tua yang sudah merelakan kami, terima kasih kepada Bapa Uskup Leo yang sudah menerima dan menthabiskan kami, terima kasih kepada semua umat yang telah mendukung kami hingga sampai thabisan imam hari ini. Setelah dithabiskan menjadi imam ini bukanlah menjadi akhir perjuangan kami. Ini adalah awal dari perjalanan panggilan kami. Kami butuh dukungan doa dan dukungan dari Bapa, Ibu, Saudara, Saudari dan semua umat untuk kami dalam menjalani panggilan kami ini”

Harapan yang disampaikan oleh Imam ‘bayi’ ini juga sudah ditegaskan dan sekaligus tantangan dari Uskup Keuskupan Jayapura Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM dalam renungan atau homily dalam Perayaan Ekaristi Penthabisan Imam. Dalam renungannya, Bapa Uskup Jayapura berharap para imam harus menjaga keseimbangannya dalam tugas panggilannya. Bertindak secara vertical dan horizontal secara bersamaan.

“Ada imam yang tidak mau berbaur dengan umat dan masyarakatnya. Hanya berdoa saja dan duduk di pastoran saja. Jenis imam ini hanya mau hubungan secara vertical saja, antara dia dan Tuhan. Ada juga imam yang suka berbaur dan sibuk dengan segala urusan tetapi lupa akan tugas lainnya yakni menjaga kehidupan rohaninya. Jenis imam ini jenis imam horizontal. Seorang Imam harus menjaga keseimbangan kedua hal ini. Keduanya harus sama-sama jalan. tidak boleh melupakan atau melalaikan yang satunya”    

Perayaan thabisan diakhiri dengan makan bersama. Semunya terlibat dalam suasana kegembiraan, penuh syukur merayakan pesta besar pada hari ini, Minggu, 18 Oktober 2020 di Paroki St. Mikhael Waris, Dekenat Keerom, Keuskupan Jayapura. Selamat buat Pater berempat, selamat melayani Tuhan dan Umat di Tanah Papua yang penuh dengan segala persoalan hidupnya. waaaa….foi….

Motto thabisan masing-masing imam adalah:

  1. P. Vikianus Bauntal, Pr: “Aku Menguduskan Diri-Ku Bagi Mereka Supaya Mereka pun Dikuduskan dalam Kebenaran” (Yoh. 17:19)
  2. P. Fransiskus Wales Wamfaga Hilapok, Pr: “Ia Harus Makin Besar, Tetapi Aku Harus Makin Kecil” (Yoh. 3:30)
  3. P. Yohanes Budiyanto Uttun, Pr: “Layanilah Semua Orang Seolah-olah Engkau Melayani Tuhan Bukan Manusia” (Efesus 6:7)
  4. P. Yohanes Mangguwop, Pr: “Janganlah Takut Sebab Aku telah Menebus Engkau, Aku telah Memanggil Engkau dengan Namamu, Engkau ini Kepunyaan-Ku (Yesaya 43:1b)

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *