Dalam ‘hidup’ Organisasi, Latar Belakang dan Tujuan (selanjutnya, LB dan T) di/terbentuknya Organisasi (atau, apapun sebutannya) selalu menjadi ‘dasar pertama dan utama’ gerak organisasi itu. Apa pun rancangan program dan strategi perwujudannya ‘pastinya’ merujuk ke LB dan T. Ketika melenceng, evaluasi menjadi penting. Kekuatan dalam evaluasi adalah ‘dialog’. Dalam dialog ada saling menghargai, mendengarkan tanpa ‘TOPENG’ dan Saling Curiga.
Evaluasi yang cermat, transparan dalam koridor jujur dan saling percaya diyakini berbuah komitmen cemerlang. Sekali lagi, tanpa ‘TOPENG’ dan Saling Curiga.
Meneropong NKRI 77 Tahun di 2022
Upacara Bendera sudah lazim, itu ‘biasa. Warna-warni ‘Merah-Putih’ memang adalah wajib, bahkan Sang Saka Merah-Putih ‘harus’ BERKIBAR di mana-mana demi Keutuhan NKRI. Itu wajah Oksibil, Kotaku-Negeri di Balik Awan. Umbul-umbul, spanduk, baliho ‘gagah’ terpancang di pinggiran jalan-jalan sa (saya) pu (punya) Kota pu Jantung’ “Dirgahayu NKRI ke 77 Tahun, “PULIH LEBIH CEPAT, BANGKIT LEBIH KUAT”. Sa baca, sa mengerti tapi, macam sa tra mengerti! Maksudnya apa,… coba?
Dengan keterbatasan pengetahuan, ‘maklum, kami di kampung jadi tolong dimengerti. Sebagai misal, bangunan sekolah yang su (sudah) hampir satu tahun terbakar saja belum dibangun,… bagaimana mau ‘Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat’? Dengan keterbatasan layanan Kesehatan, ‘maklum, usia ‘Sa pu kota’ sebagai Kabupaten baru 19 Tahun, Bagaimana mau ‘Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat’?
Dengan persoalan Kemanusiaan, ‘Adooo, kedua anak muda yang hilang ni su bagaimana e,.. Keluarga di Wilayah Kiwirok Besar su amankan???’ Lalu,… Bagaimana mau ‘Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat’?
Ya, itu potret sederhana hidup ‘Pendidikan, Kesehatan dan persoalan kemanusiaan’ di Sa pu Negeri di Balik Awan.
Untuk “PULIH LEBIH CEPAT, BANGKIT LEBIH KUAT”
Bolekah dibuat ‘POTRET WAJAH NKRI’ atau sekurang-kurangnya ‘Potret Wajah’ Kotaku dengan niat baik tanpa ‘TOPENG’ dan Saling Curiga dalam Evaluasi?
Dengan Syukur atas capaian ‘POSITIF dan Semua Rahmat Tuhan yang tampak lewat Karya Pemerintah, baik bila temuan ‘Wajah Buram, Kotor dan Rusak’ ‘WAJAH NKRI’ atau paling kurang ‘Kotaku’ menjadi penunjuk menuju ‘Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat’.
Dialog yang bermartabat dengan mengedepankan ‘Sikap Nasionalis-Patriotis mengenai ‘Bagaimana Rumahku NKRI hari ini’ atau sekurang-kurangnya ‘Sa pu Kota’hari ini’ dapat menjadi penunjuk jalan menuju DAMAI; untuk ‘Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat”.
Negara tentu ‘Organisasi Besar’ yang tersistem dan terstruktur rapi. NKRI adalah keniscayaan ‘Organisasi Besar’ itu. Di 77 Tahun Dirgahayu NKRI ini, Apakah “PULIH LEBIH CEPAT, BANGKIT LEBIH KUAT” yang digaungkan sungguh lahir dari Refleksi dan Evaluasi yg cermat dan bermartabat demi tercapainya ‘bonum comune’?
SLOGAN yang digaungkan, apalagi di HUT sebuah Negara yang terbilang ‘Cukup Tua’ seperti Negara Kita Tercinta Indonesia, amat miris jika ‘Hanya atau Sebatas SLOGAN’.
Sa pu Kota
Seperti ‘Kota Mati’; jangan sampai Sa pu Negara Indonesia tercinta juga begitu. Kota tercinta ini dipimpin oleh ‘Hampir Semua Keluarga Kandung saya’, tapi dengan menyesal dan agak malu harus Sa bilang, Sa pu Keluarga tapi seperti Orang Lain. Terus, Sa mo (mau) berharap pada ‘mereka’? Yang Tulus sayang sama saya seperti sulit saya temukan.
Sa pu Kota
Saya punya keyakinan, suatu saat BINTANG itu akan BERSINAR. Tentu dari ufuk timur, tempat sang Raja Siang Terbit! Sang Pencipta, mohon Rahmat dan BERKATMU untuk NKRI dan Sa pu KOTA tercinta.
Oleh P. Jems Kosay, PrPastor Paroki Roh Kudus Mabilabol, Dekenat Pegunungan Bintang, Keuskupan Jayapura