“Pater Tarsi Awe OFM merupakan sosok yang setia, taat dan komitmen pada pemimpinnya”
Begitulah ungkapan yang disampaikan oleh Uskup Keuskupan Jayapura Mgr. Yanuarius Matopai You dalam homilinya saat memimpin Perayaan Ekaristi Requiem Pater Tarsisius Awe OFM di Aula Sanggar Semadi St. Klara Sentani, Jayapura. Ungkapan Bapak Uskup Jayapura Mgr. Yanuarius Matopai You ini merupakan hal pertama yang disampaikan oleh Santo Fransiskus Assisi dalam Anggaran Dasar Tanpa Bulla dan Anggaran Dasar yang Diteguhkan dengan Bulla. Pasal 1, “Anggaran dasar dan cara hidup Saudara-Saudara Dina ialah menepati Injil Suci Tuhan kita Yesus Kristus sambil hidup dalam ketaatan, tanpa milik dan dalam kemurnian. Saudara Fransiskus menjanjikan ketaatan dan hormat kepada Sri Paus Honorius serta para penggantinya yang sah menurut hukum Gereja dan kepada Gereja Roma. Saudara-saudara lainnya wajib menaati Saudara Fransiskus dan para penggantinya.”
Mengenal Sosok Pater Tarsisius Awe OFM
Pater Tarsisius Awe OFM lahir di Kampung Gisi, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur, 14 Mei 1964. Dia mulai masuk dalam pembinaan seorang fransiskan di Postulant Pagal, Manggarai, Nusa Tenggara Timur pada 15 Juli 1985. Setelah itu dia melanjutkan pembinaannya dalam Persaudaraan OFM Indonesia pada tahun novisiat di Novisiat Yogyakarta pada 14 Juli 1986. Menjadi seorang mahasiswa filsafat dan teologi dan menyelesaikan studi sarjananya pada STFT Driyarkara Jakarta dari 1987-1991. Setelah menjalani tahun orientasi pastoral di Paroki St. Paskalis Jakarta, dia berhijrah ke Papua, khususnya di Paroki St. Maria Immaculata Moenamani, Keuskupan Timika pada tahun 1992 ketika menjalani Tahun Orientasi Karya. Pada tanggal 15 Agustus 1993, dia mengucapkan profesi meriah (kaul kekal) hidup membiaranya di Biara Klaris Pacet, Jawa Barat.
Dia menerima tahbisan diakon pada 14 Februari 1999 di Paroki Sang Penebus Sentani. Dengan memilih moto tahbisan imamnya “Ya Tuhanku dan Allahku” dalam tahbisan imamnya pada 09 September 1999 di Wamena, Dekenat Pegunungan Tengah. Pasca ditahbiskan imam, Pater Tarsi mulai menjalani tugas panggilannya sebagai seorang pastor paroki di Paroki Bunda Maria Pikhe, Dekenat Pegunungan Tengah. Selama dua tahun (2000-2002), dia melayani umat di Paroki Bunda Maria Pikhe. Tongkat estafet sebagai seorang gembala naik tingkat sebagai Deken Dekenat Jayawijya (sekarang Dekenat Pegunungan Tengah) dari tahun 2002 – 2006. Karena ketaatannya kepada pimpinannya (pimpinan OFM dan uskup), dia berpindah tugas ke Keuskupan Timika sebagai pastor paroki St. Maria Immaculata Moenamani. Tugas pelayanan ini ia jalani selama 5 tahun dari 2006 – 2011. Setelah menjalani tugas pelayanannya di Moenamani, dia kembali ke Dekenat Pegunungan Tengah, tepatnya di Paroki Kristus Terang Dunia Jiwika, Kurulu, tahun 2012 – 2015.
Pada tahun 2016 – 2021, Pimpinan Persaudaraan OFM Papua percayakan Pater Tarsi Awe OFM sebagai magister pra postulat OFM. Setelah sebagai pembina bagi para calon postulat OFM, Pater Tarsi Awe dipercayakan oleh Keuskupan Jayapura menangani arsip keuskupan sehingga dia bekerja di Kantor Keuskupan Jayapura, tahun 2021 – 2023. Di dalam kesibukan sebagai seorang yang bekerja pengarsipan keuskupan, dia juga melayani umat di Paroki St. Petrus dan Paulus Argapura, Dekenat Jayapura. Sebelum ia jatuh sakit dan menjalani pengobatan sampai saudari maut menjemputnya, akhir tahun 2023, Pater Tarsi ditugaskan sebagai Pastor Paroki Bunda Maria Pikhe. Ketaatannya untuk menjalani tugas pelayanan ini terpaksa tidak dijalankan karena dia jatuh sakit. Sepanjang Januari – September 2024, Pater Tarsi Awe OFM menjalani pengobatan medis dan herbal.
Pengalaman Pribadi Bersama Pater Tarsisius Awe OFM
Saya secara pribadi mengenal Pater Tarsisius Awe OFM ketika menjalani masa postulat OFM di Wamena. Saat itu angkatan kami yang terakhir menggunakan Perumahan Dekenat Pegunungan Tengah sebagai tempat pembinaan postulat. Saat kami menjalani masa postulat, Pater Tarsi Awe OFM menjalani tugas pelayanannya sebagai seorang deken, yang pada saat itu masih dengan nama Dekenat Jayawijaya (sekarang Pegunungan Tengah). Kami cukup dekat dengan Pater Tarsi karena sering ‘bertengkar’ ide dan pemikiran. Dalam perdebatan ini, saya selalu dengar satu ungkapan yang sering Pater Tarsi Awe katakan adalah ‘kita semua ini sama saja. Sama bodoh dan pintar. Misalnya seorang yang ahli computer belum tentu dia bisa membangun rumah seperti tukang. Berarti dalam hal ini seorang tukang yang lebih pintar dari ahli computer itu. Atau seorang yang jago tafsir kitab suci, ahli teologi, belum tentu dia bisa atau tidak tahu cara pasang kuda-kuda rumah. Tidak tahu itu kalau bahasa kasarnya sama dengan bodoh. Jadi tidak perlu berbangga berlebihan’. Ungkapan ini saya padukan dengan Petuah-Petuah Bapa Fransiskus Assisi Pasal V ‘Bahkan kalau engkau demikian arif dan bijaksana, sehingga engkau memiliki seluruh pengetahuan, bisa menafsirkan segala macam bahasa dan dapat menyelami perkara-perkara surgawi dengan cermat, engkau tetap tidak dapat berbangga atas semuanya itu’. Pada masa postulat itu, Pater Tarsisius Awe OFM mengajar kami pelajaran Pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru.
Kami cukup dekat karena saya ingat betul saat pertandingan Liga Europa 2004, kami diberikan kesempatan untuk bersama menonton pertandingan bola kaki di televisi miliknya. Menonton dan menganalisa pertandingan bersama-sama. Kebetulan kebanyakan dari kami saat itu suka bola kaki. Pertengahan Juni 2004, masa postulat kami berakhir. Semua saudara memilih untuk turun berlibur ke Jayapura, saya memilih untuk berlibur di Wamena. Bersama dengan Pater Tarsi Awe OFM dan Pater Tarsisius Lengari OFM (yang saat itu diakon), kami membereskan barang-barang yang akan dipindahkan ke Biara OFM Wamena yang baru di Pikeh. Mungkin banyak umat Katolik di Lembah Palym yang mengenal dia pasti memberikan julukan yang sama seperti saya, ‘Pastor yang bersepeda’. Dalam pelayanannya, pater suka menggunakan sepedanya. Selain itu dia senang berjalan kaki bersama umatnya ke tempat pelayanan. Ketika di postulat, saya melihat pater menggunakan mobil dekenat kalau pelayanan itu terkait dengan urusan dekenat. Selebihnya mobil banyak diparkirkan. Gaya hidupnya biasa saja, sederhana. Saya melihatnya bukan dia miskin tapi ingin hidup sederhana saja. Saya kadang membandingkan dengan gaya hidup pastor lainnya yang saya jumpai, dia puas dengan apa yang ada pada dirinya. Hal ini terungkap dalam sambutan yang mewakili keluarga yang disampaikan oleh Pater Sandro Rangga OFM. “dia meminta maaf karena dia merasa membebani Persaudaraan. Karena itu setiap kali kalau mau beli obat atau hal-hal lain berkaitan dengan proses penyembuhannya, dia selalu bilang tidak usah, kasihan Persaudaraan. Saya sudah cukup.”
Tak perlu menjelaskan panjang lebar tentang sosok pribadi Pater Tarsi Awe OFM, dua kata sifat yang mewakili penilaian saya adalah konsisten dan tegas. Hubungan saya dan Pater Tarsisius Awe OFM tidak serta merta putus saat saya mengundurkan diri dari Persaudaraan OFM Papua. Kami sering bertemu kalau Pater Tarsi ada di Jayapura dan saat dia bertugas di Keuskupan Jayapura serta sebagai magister pra postulat OFM. Saya sering memanggilnya dengan ‘pater’ atau ‘orang tua’.
Harapan Terwujud
Waktu mengunjungi Pater Tarsi Awe OFM yang sakit di Biara OFM Fransiskus Duta Damai, saya masih melihat senyum khas dan merasakan ‘kelakuannya’ yang suka cium tangan orang. Percakapan yang singkat saja antara kami berdua. Pater masih sempat menyampaikan salamnya kepada istri dan anak saya di rumah. Sebelum dan sesudah mengunjungi Pater Tarsisius Awe OFM, saya sering bertanya update perkembangan kesehatannya kepada Pater Sandro OFM, Pater Remi OFM dan Pater Goklian OFM. Jawaban yang hampir saja dari ketiga Pater ini adalah, ‘kita berdoa banyak. Usaha obat herbal terus dilakukan. Tetapi doa kita membantu menguatkan Pater Tarsi Awe agar bisa merayakan pesta perak imamatnya pada 09 September 2024.’ Pater Sandro sempat memberikan jawabannya seperti ini, “saya sudah sampaikan kepada keluarga semuanya, sekarang kita ubah ujud doa kepada Tuhan yakni agar Pater Tarsi bisa bertahan pada 09 September 2024. Setelah itu kita serahkan kepada Tuhan.”
Pada 09 September 2024 di Rumah Sakit Provita Jayapura, Pater Tarsisius Awe OFM merayakan pesta perak 25 tahun imamatnya. Pater Tarsi Awe merayakan pesta perak imamatnya dalam keadaan koma. Dua tempat yang berbeda tetapi dalam satu perayaan dan pesta yang sama. Minister Provinsial OFM Fransiskus Duta Damai, Pater Aloysius Rusmadji OFM sebagai selebran utama dan ditemani yang berbahagia Pater Tarsisius Awe OFM dalam Perayaan Ekaristi Pesta Perak 25 tahun imamat. Dengan setelan kasula dan stola keemasan, Pater Tarsisius Awe OFM merayakan pestanya dalam keadaan koma dan berbaring di tempat tidurnya. Keluarga dan sahabat kenalan yang hadir pada saat itu mengikutinya melalui siaran online di Kapela Biara OFM Fransiskus Duta Damai Papua.
Keluarga, para saudaranya dari OFM Papua, sahabat dan kenalan yang hadir dan yang mengikuti secara online memberikan kesan yang sama yakni terharu, sedih, gembira dan lain sebagainya. “Saya terharu dan juga menangis ketika mengikuti perayaan itu. Saya lihat banyak umat yang hadir meneteskan air mata,” cerita Pater Agustinus Nuak OFM setelah Perayaan Ekaristi di Kapela Biara St. Fransiskus Duta Damai APO Jayapura. “Saya tadi ikut Perayaan Pesta Perak Pater Tarsi punya di youtube. Saya sedih sekali lihat pater pu (punya) keadaan,” ungkap istri saya Yosefina Idi.
Perayaan Pesta Perak 25 tahun imamat Pater Tarsisius Awe OFM dirayakan dengan sangat gembira. Umat dan keluarga yang hadir berbagi kebahagiannya dengan Pater Tarsi.
Dijemput Saudari Maut Badani
Setelah mengikuti kegiatan Bawaslu Provinsi, Selasa, 24 September 2024, saya sempat menyampaikan kalimat ini kepada Pater Sandro, ‘No (panggilan saya kepada Pater Sandro), ko dan bilang keluarga untuk bisik ke orang tua (Pater Tarsi Awe) dia sudah. Kasihan dia. Kalian sepertinya belum ikhlas ka apa untuk pater dia pergi. Kalian siksa orang tua dia’. Pater Sandro senyum saja. Saya sendiri tidak kaget dengan kepergian Pater Tarsi Awe. Kondisi dan keadaan pater saya sendiri juga tahu. Saya tidak kaget karena selama bulan Agustus dan September sampai kepergian Pater Tarsi Awe, kebiasaan doa pagi sebelum kerja, kami (istri dan saya) selalu menyebutkan Pater Tarsi Awe dalam doa kami. Bunyi doa singkat saja, “Tuhan, berikan kekuatan kepada Pater Tarsi dan saya serahkan Pater ke dalam penyelenggaraan kasih ilahimu’. Pada Rabu, 25 September 2024, saya sendiri tidak bisa tidur sampai jam 04.00 WIT (Rabu, 26 September 2024). Saya baru terlelap pada jam 06.00 WIT. Ketika bangun pada 08.15 WIT, ada pesan whatsapp kantor yang menyampaikan bahwa Pater Tarsi Awe OFM telah dijemput oleh Saudari Maut. Informasi dari Provinsi OFM Duta Damai Papua. Terhitung dari 14 Mei 1964 – 14 Mei 2024, perjalanan hidup di dunia Pater Tarsisius Awe OFM dibatasi oleh Sang Pencipta pada usianya ke-60 tahun 4 bulan.
Kepergian Pater Tarsisius Awe ke hadapan Sang Penciptanya tentunya menyimpan berbagai kenangan, berbagai pengalaman senang, bahagia dan mungkin juga ada pengalaman yang menjengkelkan dari semua orang yang dekat dan kenal Pater Tarsi Awe. Kehadiran umat katolik yang melayat dan mengikuti Perayaan Requiem Pater Tarsi Awe OFM di Biara OFM Provinsi Fransiskus Duta Damai dan Aula St. Klara Sentani, sudah menjadi bukti bahwa semasa hidup dan tugas pelayanannya, Pater Tarsi Awe sangat dekat dengan semua orang yang ia jumpai dan layani. Hal ini diungkapkan oleh Uskup Keuskupan Jayapura Mgr. Yanuarius T. Matopai You, “saya juga merasa kehilangan seorang pastor yang sangat mencintai umat dan sangat dicintai oleh umat. Di tempat tugas dimana saja dia bertugas, dia sungguh mencintai umatnya. Dia membangun suasana yang hangat, relasi yang personal kepada semua orang. Dia sungguh seorang gembala yang penuh kasih.”
Mengakhiri kisahku tentang Pater Tarsisius Awe OFM, saya mengutip senandung puitis yang disampaikan oleh Minister Provinsi St. Fransiskus Duta Damai Pater Aloysius Rusmadji OFM
“Di Tengah Senyum yang Tak Pernah Pudar”
Kau hadir dengan hati yang lembut
Setiap kata yang kau ucapkan selalu jujur dan to the point
Dalam setiap langkahmu ada kasih yang tak terhingga
Membimbing umat dengan cinta, mengajarkan arti kejujuran
Putih alismu menghiasi senyummu
Kehadiranmu adalah berkat
Suaramu besar, dengan suara besar terdapat keakraban
Dalam suaramu terdapat kelembutan
namun tiada suara dalam mengaduh, tiada suara dalam mengeluh
Kini kau telah pergi namun kenanganmu abadi
Di Surga pasti kau tersenyum, lembut hatimu jadi kekal di sana
Kami di sini mengenangmu dalam doa dan cinta yang tulus
By Bernard Koten